17 - Hadirnya Tak Berarti

136 15 0
                                    

BAB 17

"Eh, D-dania." Ayumi berdiri kikuk di depan pintu kamar sang anak setelah sang empu membukanya secara tiba-tiba.

"Mama ngapain di depan kamar aku?"

Wanita itu nampak tersenyum seolah mengalihkan fokus Dania pada kehadirannya di sana. Namun hal itu tak akan mempan, Dania justru semakin dibuat curiga hingga mendelik ke arahnya. "Mama lagi nguping, ya?"

Insting seorang anak pasti kuat terhadap sang mama. Melihat raut gelisah serta kekehan dari Ayumi, semakin membuat Dania yakin jika wanita itu mendengar obrolannya dengan Royan dari luar.

"Mampus. Kalau Mama tahu gue lagi teleponan sama Royan, bisa di-kepoin habis-habisan, nih!" gumamnya dalam hati.

"Maaf ya, Dania. Mama tadi emang sengaja berhenti di depan pintu kamar kamu. Ta-tapi Mama nggak ada niat buat nguping, justru Mama tadi mau ngobrol sama kamu, serius." Sembari mengangkat telunjuk dan jari tengahnya, membentuk tanda peace, seolah memberikan keyakinan pada Dania jika pernyataannya sesuai dengan kenyataan.

Dania menganggukkan kepalanya, mulai percaya walau dirinya tak tahu jika wanita itu memiliki niat lain. Seperti saat ini, Dania sangat menyesal telah mengijinkan Ayumi masuk ke kamarnya, harusnya ia tadi menahan wanita itu agar diam di tempat.

"Jangan lama-lama ya, ngambeknya. Kasihan Damar, dia udah baik loh, sama kamu. Masa iya, membalas kebaikan seseorang dengan cara seperti itu?"

Sejujurnya Dania tak marah dengan siapapun, mengenai sikapnya pada Damar yang terlalu cuek bukanlah menjadi hal yang baru. Sikapnya memang seperti itu sedari dulu. Lebih tepatnya setelah keduanya putus, Dania langsung berubah drastis. Yang tadinya begitu bucin, care, menebar senyum kapanpun dan dimana pun, kini berubah hampir seratus delapan puluh derajat.

Mungkin Ayumi belum mengetahui jika sang anak telah merelakan Damar dengan gadis lain. Dirinya belum tahu jika pemuda yang dibangga-banggakan selama ini pernah melukai hati sang putri.

Jika Dania mengatakan hal sejujurnya, mungkin Ayumi akan kesal dan tak mengijinkan Damar mendekati anak gadisnya. Sekarang, akibat Dania tak pernah memberitahu perihal kandasnya hubungannya dengan Damar, kini wanita itu selalu mencari dan mencari pemuda itu hanya sekadar memberinya pesan agar menjaga putri semata wayangnya.

"Tuh, Mama lihat sendiri kan, Damar itu freak, Ma!" Dania berusaha menghasut sang mama bertepatan dengan langkah kaki keduanya yang berhenti di koridor sekolah, menatap lurus ke arah lapangan utama yang kini menampilkan beberapa siswa laki-laki tengah bermain gobak sodor, dan bagi tim yang kalah akan mendapat hukuman.

Bukannya merasa ilfeel lantaran permainan Damar masih seperti anak kecil, Ayumi justru tertawa dan terlihat bertepuk tangan kala Damar berhasil menuju titik finish.

"Calon mantu hebat banget, deh."

Dania menepuk keningnya pelan. Ternyata hari pertama bersekolah setelah istirahat beberapa hari di apartemen tak membuatnya tambah fresh. Apalagi ketika sang mama bertekad mengantarnya untuk ke sekolah, rasa yang tadinya begitu girang kini justru berujung penyesalan lantaran yang dicari wanita itu tetap saja Damar.

Entah pelet apa yang cowok itu gunakan hingga Ayumi selalu mencari dan menunggu kehadirannya. Padahal sang anak sangat membenci kehadiran seorang Damar Agistan.

DUNIA DANIA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang