28 - Accident

93 11 0
                                    

BAB 28

Perihal sang mantan yang telah memiliki kekasih rupanya masih membuat seorang Sherina kesal. Melihat begitu mesra serta bahagia dua insan di atas penderitaannya membuat amarahnya kian naik hingga ubun-ubun.

Memperhatikan Damar dan juga Maudy tengah asyik bersenda gurau di tepi kolam renang, bola matanya mendadak memanas. Ia ingin berteduh, mengipasi suhu tubuhnya yang mulai tinggi bersamaan dengan tetesan air kolam yang masih menghiasi rambutnya.

"Gue nggak rela kalau Damar udah bisa move on dari gue!" kesal gadis itu, melipat kedua tangannya di depan dada seraya menunggu kedua sahabatnya mencoba untuk membasuh tubuhnya menggunakan handuk.

"Pasti tuh, cewek duluan yang ganjen sama Damar!"

Rara dan juga Vantika saling pandang, tanpa berucap apapun mereka telah mengerti maksud tersirat dari masing-masing tatapan mereka. "Udah, terima aja kali, Sher. Lagian sebelum sama tuh, cewek kan, Damar udah jadian duluan sama Monica. Otomatis dia udah move on sama lo dari lama, dong?"

Brak!

Sherina menggeram, menggebrak kursi kosong yang berada di sebelahnya, seolah tak setuju dengan penuturan Rara.

"Damar pacaran sama Monica cuma berlangsung beberapa hari, doang. Sedangkan gue, tiga bulan sama dia!"

"Ta-tapi kayanya bukan nggak bisa move on dari lo, deh."

Rara seketika melotot ke arah Vantika, menyenggol bahu gadis itu dan memberinya isyarat agar menutup mulutnya setelah ini.

"Memangnya Damar nggak bisa move on dari siapa lagi selain gue---"

"Dania. Dia satu-satunya mantan Damar yang sempat pacaran sampai satu tahun."

Entah terlalu jujur atau memang tak memikirkan dampak yang terjadi padanya kelak, Vantika seakan tak takut jika Sherina akan memberinya pelototan tajam serta cengkraman pada lengannya. "Nggak usah sebut-sebut nama cewek itu di depan gue bisa nggak?!"

"Aww.. sa-sakit Sher, udah gila lo!" Vantika meringis kesakitan karena ulah gadis ber-zodiac Leo itu. Tangan Sherina begitu kuat memegang lengannya hingga sebuah bekas kemerahan membuatnya kesal.

Tak mau berlama-lama di sana, Sherina lantas bangkit berdiri, menyanbar tas yang berada di sebelahnya hingga melengos ketika tatapannya tak sengaja bertubrukan dengan Damar.

"Sherina juga lolos seleksi?" tanya pemuda itu pada Maudy, yang baru saja keluar dari ruang ganti.

"Iya, dia termasuk yang paling jago loh, Kak."

Tak merasa memiliki saingan ataupun  terbebani dengan adanya Sherina yang cukup mahir dalam berenang, Maudy justru memuji gadis itu lantaran dianggap terlalu pintar hingga membuat beberapa pasang mata takjub.

Keduanya berjalan bersisihan, dengan Damar yang membantu Maudy untuk membawakan tas gadis itu, lalu keduanya kembali ke arah koridor. Mencari kelas masing-masing atau jika Maudy bersedia, Damar akan mengajak gadis itu ke kantin terlebih dahulu.

"Nggak usah deh, Kak. Aku udah kenyang, aku temenin Kakak aja, mau?"

Napasnya berhembus berat, memperlihatkan wajah murungnya pada sang kekasih seolah bekal tadi hanya dianggap sebagai snack, bukan makanan pokok.

"Kamu ikut makan juga, lah."

"Tapi kan, aku--"

"Nggak ada penolakan! Kamu harus ikut!"

Menyerah. Akhirnya Maudy bersedia menuruti keinginan sang pacar untuk kembali makan. Bukan di tepi kolam renang, melainkan di kantin, dengan berbagai menu yang cukup banyak. "Kak, serius mau makan semuanya? Ini terlalu banyak---"

DUNIA DANIA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang