It Will Rain - Bruno Mars
BAB 23
Salah satu cara menebus sebuah kesalahan adalah meminta maaf dengan tulus dan berjanji tak akan mengulangi hal yang sama untuk kedua kalinya.
Tetapi itu semua begitu mainstream. Anak kecil pun bisa berucap tanpa perlu pembuktian apapun. Apalagi seorang remaja seperti Damar? Kalimat tersebut begitu mudah ia katakan walau akan sulit dipraktekkan di kemudian hari.
Damar berjalan cepat di koridor sembari menenteng paper bag yang berisi seragam khas BM. Ia tadi sengaja pergi ke koperasi siswa terlebih dahulu guna mencari seragam baru untuk seseorang yang saat ini tengah menyumpahinya dalam hati.
"Semoga Dania mau maafin gue," gumamnya di sepanjang koridor, bersamaan dengan kedatangan seorang cowok berkacamata yang tiba-tiba mengulurkan sebuah kertas padanya.
Damar mengernyit bingung, "apaan?" tanyanya. Namun tak ada respon dari cowok itu dan justru pergi begitu saja tanpa satu patah kata pun.
Gulungan kertas misterius, entah berisi apa, akan tetapi ia yakin jika di dalamnya terdapat sebuah tulisan.
Dan benar, ketika tangannya sibuk membuka gulungan tersebut, kedua matanya menajam kala membaca sebuah kalimat yang bertuliskan, 'maaf mengganggu, tapi bisakah kamu menemuiku sebentar saja? Aku berdiri di samping loker kelas sebelas.'
Terlihat begitu cringe, dan Damar hampir membuang kertas tersebut jika hati kecilnya tak memaksa cowok itu untuk mengikuti kemauan dari sang pengirim kertas tersebut.
Dengan rasa penasaran tinggi serta tekad yang kuat, akhirnya Damar memilih untuk berjalan ke arah loker sesuai dengan permintaan kalimat yang tertera. Berjalan perlahan, mengamati sekitar seakan memastikan jika di sana tak ada satu orang pun selain seorang gadis yang kini tengah menunduk seraya memainkan kuku-kuku jarinya.
"Dia siapa, ya?" Penasaran sudah sampai ubun-ubun, akhirnya cowok itu memberanikan diri untuk mendekat, menepuk bahu gadis itu sebelum berjingkat pelan dan merogoh saku kemejanya.
Padahal satu kalimat Damar belum sempat dilontarkan, namun lagi-lagi sebuah gulungan kertas kembali ia terima setelah gadis itu mengulurkan padanya.
"Maksudnya apaan--" ucapannya menggantung begitu saja selepas kepergian gadis itu. Damar semakin dibuat kesal hingga penasaran di saat yang bersamaan. Maka dari itu dirinya memilih untuk segera membuka kertas tersebut dan membaca tulisan di dalamnya.
'Maaf, salah tempat. Bukan di sebelah loker, tapi di depan gedung kesenian.'
Damar menggeram sebelum akhirnya meremas kertas itu secara kuat-kuat, lalu membuangnya ke sembarang tempat dan lari ke gedung kesenian.
Untung hari ini dirinya berada pada mode kalem. Jika tidak, siap-siap saja kertas tersebut tak akan mendapat respon darinya.
Ketika berjalan cepat menuju lokasi, Damar sempat dibuat berhenti seraya menunduk kala kakinya tak sengaja menginjak sebuah bunga bertangkai satu, nampaknya sengaja di taruh pada lantai yang hendak ia pijak. Terbukti ketika ia memungutnya, lalu kembali berjalan maju, satu tangkai bunga juga bersiap menyambutnya lagi.
"Eh.. kayanya nih, orang salah target, deh. Gue kan, cowok ya, masa---"
"Kakak sudah ditunggu di depan." Perkataan tersebut kontan membuat Damar mendongak, ia kembali mengerutkan keningnya. "Ditunggu sama siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA DANIA ✅
Ficção AdolescenteJika tidak diadakannya razia dadakan dari dewan guru beserta anggota BNN, mungkin Dania tidak akan mengetahui bila salah seorang teman dekatnya kedapatan membawa paket terlarang, yaitu narkoba. Semua kedekatan bermula dari sana. Atas rasa penasaran...