BAB 43
Mungkin self healing terbaik bagi kebanyakan orang adalah pergi jalan-jalan menyusuri tepi pantai, gunung, danau, atau bisa jadi memilih untuk mengasingkan diri di tempat yang jarang dijamah orang.
Dania juga termasuk dari golongan tersebut, ia mengaku jika mencari tempat sepi dengan penuh kedamaian akan membuat otaknya dengan mudah meredam apa yang dijalaninya selama ini.
Saat ini, ia tidak memilih pantai ataupun gunung sebagai tujuan utamanya. Tapi, menatap jalanan kota di atas sebuah balkon cafe akan menjadi jalan ninjanya.
"Coba aja tiap hari di sekolah disungguhi kaya gini, mungkin gue bakal betah."
Hardi yang saat ini berada di samping Dania, hanya melihat gadis itu sekilas sebelum membalas ucapannya. "Sayangnya itu cuma imajinasi ya, Dan. Di sekolah gak ada tempat self healing selain di kamar mandi."
"Dih, ngapain juga nenangin pikiran di kamar mandi? Gak ada tempat yang lebih mewah dari itu?"
"Kamar mandi kan salah satu tempat favorit murid lain buat nenangin diri."
"Nenangin apaan, nyet? Nenangin diri buat berak?"
Hardi mendadak mengeluarkan gelak tawanya, bahkan saat ini beberapa pengunjung mulai menatap keduanya layaknya seorang pasangan kekasih yang merasa jika dunia menjadi milik berdua, yang lain ngontrak.
"Lagian lo ada-ada aja deh, Har, masa---"
"Maaf ya, aku telat."
Ucapan Dania terpotong begitu saja, ia mendongak seraya mengembangkan senyumnya saat Nadya sudah duduk di depannya.
"Emangnya mampir kemana dulu sih, Nad, hmm?" Bak seorang ibu-ibu yang mulai penasaran dengan sang anak, Dania mulai menjalankan aksinya merecoki Nadya yang kini sudah salah tingkah.
Dania tak tahu alasan wajah Nadya sudah memerah, namun setelah ia tak sengaja melihat Fathur di meja yang bersebrangan tak jauh darinya, ia jadi paham dengan keberangkatan Nadya hari ini.
"A-aku---"
"Gak usah dijawab, Nad, kita berdua udah tahu kok." Hardi menaik turunkan alisnya setelah menoleh ke arah Dania, dan diacungi jempol oleh gadis itu, pertanda jika semua aman terkendali.
"E-emang kalian tahu apa?" Masih bersikap polos, Nadya menatap kedua sahabatnya dengan ekspresi lugunya.
Memangnya Nadya pikir, Dania tidak akan melihat Fathur sekalipun cowok itu sempat menghindari kontak mata dengannya? Oh, tidak semudah itu.
"Yang di belakang, gak sekalian diajak ke sini?"
Sadar jika di belakang ada Fathur yang tengah memantau, Nadya reflek menoleh sebelum akhirnya membuang pandangannya sembari menggeleng cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA DANIA ✅
Ficção AdolescenteJika tidak diadakannya razia dadakan dari dewan guru beserta anggota BNN, mungkin Dania tidak akan mengetahui bila salah seorang teman dekatnya kedapatan membawa paket terlarang, yaitu narkoba. Semua kedekatan bermula dari sana. Atas rasa penasaran...