BAB 86
Suara barang-barang yang dikemasi ke dalam sebuah kardus besar, membuat sang pemilik rumah lantas turun dari lantai dua.
"Eh-eh.. ini ada apa, ya? Kenapa barang-barang di rumah saya kalian bawa?!"
Monica, langsung berlari ke arah beberapa orang yang hendak mengangkat sofanya. Ia berhak melarang mereka melakukan hal tersebut. Namun nampaknya teriakan yang ia lontarkan tak sebanding dengan gerakan cekatan mereka.
"Hei, kalian tuli?!" Lagi, suara tinggi Monica kembali mengintrupsi bersamaan dengan seorang wanita paruh baya di atas kursi roda keluar dengan bantuan sang asisten.
"Monica, ada apa?"
Gadis itu menoleh, lalu berjalan ke arah sang ibu---Paramitha, dengan raut menahan emosi. "Mereka membawa barang-barang kita tanpa ijin, Bu."
Apa yang dikatakan Monica bukanlah sebuah kebohongan. Paramitha melihat sendiri bagaimana orang-orang berbadan tegap mengemasi barang-barang di rumahnya.
"Maaf, Pak. Ini ada apa, ya? Kenapa barang-barang yang ada di rumah ini dikeluarkan semua?"
Salah satu diantara mereka berhenti. "Sesuai perintah dari pihak kepolisian, semua barang dan rumah ini akan kami sita."
Monica tercengang, begitu pula dengan Paramitha. Keduanya sama-sama menggelengkan kepalanya seolah semua ini hanya tipuan belaka.
"Hah?! Disita?! Gak mungkin, rumah ini gak mungkin disita! Lagian keluarga kami salah apa?!" sungut gadis itu, meminta penjelasan pada pria di hadapannya menggunakan nada tingginya.
"Robby Yashardi yang selama ini menyamar sebagai Rendra Yashtanto dan juga sang anak sambung---Royan Adiraja, telah ditetapkan sebagai tersangka atas kasus pengedaran narkotika."
"Shit, identitas Papa udah kebongkar!" batin Monica.
Sontak apa yang dilontarkan pria itu membuat Paramitha terkejut untuk yang kedua kalinya. Lidahnya mendadak kelu, saraf-saraf di tubuhnya pun seakan ikut berhenti ketika mendengar nama sang anak menjadi tersangka. "Royan, Royan anak saya? Apakah yang dimaksud adalah Royan anak saya, hah?!"
Kali ini, wanita paruh baya itu tak bisa menyembunyikan emosinya lagi. Dirinya bahkan sangat ingin meraup wajah pria yang berdiri di hadapannya. Saking emosinya, sang asisten pun hampir lengah dalam penjagaan dan beruntug Paramitha tak terjatuh dari kursi rodanya.
"Ibu, Ibu tenang, Bu."
"Mana bisa saya tenang kalau saat ini Royan menjadi tersangka! Saya gak rela anak saya di penjara!"
Semua ibu pasti tak terima jika sang anak mendapat masalah, apalagi dengan aparat kepolisian. Namun mengingat jika kesalahan yang dibuat Royan cukup fatal, mungkin Paramitha harus mencoba legowo jika pemuda itu akan mendekam beberapa tahun di dalam penjara.
"Bilang ke saya kalau ini semua hanya tipuan kalian! Papa dan Adik saya gak mungkin mengedarkan narkoba!"
Tidak ada sahutan setelah teriakan Monica terlontar. Beberapa orang yang berada di sana pun kembali mengambil barang dan juga aset milik Rendra.
"Ini gak mungkin! Papa gak mungkin ditangkap!"
"Monica, kamu mau kemana?!"
Monica beranjak dari sana, teriakan dari Paramitha pun rasanya hanya dianggap angin belaka. Dirinya lebih memilih berlari dari rumah untuk bertemu dengan sang papa, sekalipun itu di kantor polisi.
Jaraknya memang cukup jauh, tapi dengan niat dan juga tekad yang kuat. Akhirnya Monica berhasil tiba di kantor polisi dengan bantuan seorang ojek yang ia temui di depan pintu masuk komplek perumahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA DANIA ✅
Roman pour AdolescentsJika tidak diadakannya razia dadakan dari dewan guru beserta anggota BNN, mungkin Dania tidak akan mengetahui bila salah seorang teman dekatnya kedapatan membawa paket terlarang, yaitu narkoba. Semua kedekatan bermula dari sana. Atas rasa penasaran...