41 - Racuni Pikiran

58 9 0
                                    

BAB 41

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 41

Memilih untuk tidak menggubris kedua sahabatnya, mungkin menjadi jalan pintas Damar untuk mengalihkan fokusnya.

Sejak sepuluh menit yang lalu, Fathur dan juga Dikta sudah heboh sendiri dengan satu foto yang diunggah Royan lewat akun sosial media nya. Dimana foto tersebut menampilkan wajah Dania, Royan, serta wanita paruh baya yang digadang-gadang adalah ibu Royan.

"Kayanya Royan semakin di depan, nih."

"Iya, Ta, gue jadi makin yakin kalau mereka berdua udah resmi jadian."

"Kita satu server, mana ada coba temen biasa yang posting foto cewek terus dikasih caption emoticon love?"

"Gue juga yakin kalau nyokap nya Royan udah kasih restu."

Telinga Damar seolah memanas mendengar nama Royan disebut bersahut-sahutan dari mulut ke mulut. Tangannya gatal seolah ingin meraup mulut Dikta dan juga Fathur secara bergantian.

"Gimana nih, Mar, lo udah ketinggalan jauh dari Royan."

"Iya, bahkan dia udah nyuri start duluan."

Brak!

Damar menggebrak meja dengan penuh kekesalan, ia tak peduli jika saat ini pengunjung cafe menatapnya nyalang.

"Lo berdua bisa berhenti nyebut nama Royan gak?! Telinga gue panas dengernya!" sungut cowok itu.

Jika vampir sudah menampakkan taringnya, itu berarti sirine bahaya mulai dikumandangkan. Fathur berusaha untuk membuat Damar tenang dengan menepuk pelan bahunya disertai beberapa kalimat yang mungkin bisa menjadi renungan.

"Gak perlu marah kaya gitu waktu gue sama Dikta sebut nama Royan---"

"Gak usah sebut nama dia depan gue, muak gue dengernya!"

"Yaudah, gue sensor aja namanya."

Untung teman, jika bukan mungkin Fathur sudah dipastikan pergi karena telah diusir oleh cowok itu.

"Segitu bencinya lo sama Royan, sampai-sampai merelakan kebahagiaan Dania?" Dikta mulai angkat bicara, bertanya serius ... berharap Damar memberi alasan yang masuk akal.

"Kalau lo sayang sama dia, harusnya lo gak ngebiarin dia terus-terusan bersedih, kan? Dania berhak bahagia, Mar, kalaupun kebahagiaan dia ada di Royan ... lo juga harusnya dukung itu."

"Royan bukan sebuah kebahagiaan buat Dania, justru kalau hal ini terus berlanjut, bakal jadi awal petaka bagi Dania!"

Fathur menghela napasnya panjang, lelah juga menasehati orang yang kepala batu. Sekalinya mengatakan A, ya harus A, keputusan tidak bisa diganggu gugat.

"Gue gak tahu masalah lo sama Royan sebelumnya kaya gimana, sampai bikin lo benci sama dia pun gue juga gak tahu awal semua itu dari mana. Tapi satu yang harus lo ingat.." Dikta sengaja menggantungkan ucapan nya, beralih untuk menatap Damar serius.

DUNIA DANIA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang