BAB 10
Beberapa bulan lalu..
Salah satu hal yang paling ditakuti oleh para murid BM, salah satunya adalah pemeriksaan. Entah itu pemeriksaan barang bawaan berupa senjata tajam, obat-obat terlarang, alat make up, dan juga beragam barang yang seharusnya tak dibawa oleh murid SMA seperti mereka.
Semua berkumpul di tengah lapangan. Berbaris urut kelas masing-masing, sesuai arahan dari Pak Guntur.
"CEPAT, SEMUA MASUK KE DALAM BARISAN!!"
Tak ada yang membantahkan akan hal itu, mereka ikut tunduk sesuai dengan perintah hingga sidak dari anggota BNN pun tiba di sekolah mereka.
"TETAP PADA BARISAN MASING-MASING, KAMI AKAN MELAKUKAN PEMERIKSAAN. JIKA SATU DI ANTARA KALIAN TERTANGKAP BASAH MEMBAWA BARANG TERLARANG, SIAP-SIAP SAJA, KANTOR KAMI AKAN MENUNGGU KALIAN!!"
Dengan raut cemas, khawatir, keringat yang bercucuran di pelipisnya, salah seorang siswa yang kali ini bergerak gelisah di barisannya itu ingin segera menjauh dari sana. "Eh, lo mau kemana, Roy? Kabur, ya?" sergah teman yang berada di sebelahnya.
Royan menggeleng kuat sebelum kembali ke barisannya lagi. Ia merutuki dirinya sendiri lantaran bertingkah bodoh di depan banyak orang, termasuk beberapa anggota BNN yang tiba di depannya. Mereka dibuat terkejut dengan salah satu plastik klip dimana di dalamnya terdapat obat terlarang.
Mereka saling pandang satu sama lain, menatap Royan penuh selidik hingga sebuah pertanyaan membuat cowok itu tak dapat berkutik. "Ini punya kamu?"
Royan belum menyahut, pertanyaan yang dilontarkan dengan suara yang cukup keras itu membuat beberapa pasang mata mengarah pada barisan belakang.
"Tidak mungkin barang ini terdapat di tas kamu jika sang pemilik tak melakukan proses transaksi atau justru hendak melakukannya."
Bingung, Royan tak tahu harus mengatakan apa lagi lantaran posisinya saat ini tengah dikepung. Semua pasang mata menatapnya penuh selidik dan juga berbisik satu sama lain. Fix, berita esok akan ramai dengan kasus Royan hari ini.
"Nggak perlu menunggu jawaban dia, kita langsung bawa saja ke kantor," sergah anggota yang lain.
"Ja-jangan Pak, sa-saya nggak mau---"
"Tidak mau dibawa ke kantor, tapi kami menemukan sebuah bukti yang mengharuskan kamu perlu diselidiki lebih lanjut lagi!"
Kata-kata Royan seakan tertahan di kerongkongan, lidahnya mendadak kelu sembari menelan saliva berulang kali. Debaran jantungnya pun ikut meramaikan, menambah kesan jika dirinya belum siap mati hari ini.
Pak Guntur datang, mendekat kepada salah satu anggota BNN tersebut, seraya membisikkan sesuatu padanya sebelum Royan ditarik menjauh dari sana. "Ikut saya, Roy."
Sorakan demi sorakan bernada negatif turut menambah suasana semakin panas. Banyak dari mereka yang tak terima jika sekolah yang sedari dulu memiliki citra baik harus dicoreng dengan kesalahan salah satu siswanya.
Membawa sabu di sekolah, di selipkan di dalam tas, dan berharap tak ada yang tahu. Namun nasib sial bisa datang kapan saja.
Royan menjadi sorotan banyak siswa dan juga siswi, banyak yang memprotes akan kehadiran Royan yang masih diberi kesempatan kedua pada hari berikutnya. Padahal tempo hari sudah sangat jelas jika cowok itu kedapatan membawa barang terlarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA DANIA ✅
Fiksi RemajaJika tidak diadakannya razia dadakan dari dewan guru beserta anggota BNN, mungkin Dania tidak akan mengetahui bila salah seorang teman dekatnya kedapatan membawa paket terlarang, yaitu narkoba. Semua kedekatan bermula dari sana. Atas rasa penasaran...