Selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin semuaaa❤️
BAB 88
"DAMAR!"
Napasnya terengah, jantungnya berpacu dua kali lipat lebih cepat bersamaan dengan satu tangan yang mengusap bahunya lembut.
"Dan, kenapa?" tanya Ayumi, yang tadi sempat menyediakan paha untuk sang anak agar bisa beristirahat.
Dania tak mau beranjak dari rumah sakit, ia ingin berada di sana. Di sekitar Damar, agar dirinya bisa melihat detik-detik kesadaran cowok itu terkumpul.
Satu botol minuman terulur di depannya. Ia meraih botol itu seraya mendongak. "Makasih, Sam."
Pria itu mengangguk singkat sebelum bertanya, "Nona mengalami mimpi buruk?"
Pertanyaan langsung pada intinya, sangat terlihat jika pria yang saat ini jongkok di depannya tengah khawatir.
Dania menggeleng pelan sebelum menyerahkan kembali botol itu.
"Jangan terlalu dipikirkan, saya yakin Damar akan segera sadar dan kembali seperti sedia kala."
Mimpi buruk yang baru saja menyerang Dania, pertanda apa? Gadis itu sama sekali tak menginginkan nasib Damar persis seperti mimpinya. Ia ingin Damar segera sembuh, ia ingin kembali merasakan pelukan nyaman cowok itu lagi.
Dania pun bangkit, berjalan ke arah ruangan yang masih tertutup rapat dan tak ada satu pun orang yang bisa masuk lantaran penjagaan ketat.
Hampir semua orang terdekat Damar merasakan kesedihan yang sama. Apalagi Linda dan juga Tama, pasti mereka amat sangat terpukul melihat putranya masih terbaring lemah di sana.
Seulas senyum serta rengkuhan pada tubuh Linda, membuat wanita itu membalas pelukan dari Dania. Ia kembali menangis, meratapi nasib sang anak yang belum menunjukkan tanda-tanda apapun.
"Tante gak bisa hidup tanpa Damar, Dan," ujar wanita itu, sedikit terbata dengan suara bergetar akibat isak tangis.
"Damar pasti akan segera sadar, dia pasti akan kembali menyapa kita lagi, Tan."
Nampaknya yang dibutuhkan orang tua Damar saat ini hanya sebuah ketenangan. Sedari kemarin, pikiran yang kalut serta beberapa spekulasi negatif muncul dalam pikirannya, dan sekarang.. Dania mencoba untuk memberikan setidaknya rasa tenang pada wanita yang kini telah mengusap air matanya.
"Dania." Sebuah panggilan dari arah berlawanan, membuat Dania menoleh dan menghampiri pria itu.
"Ada apa, Pa?"
Andra terlihat sangat buru-buru, dengan setelan jas rapi, gadis itu mengerutkan keningnya berulang kali. "Ada apa?" tanya Dania lagi.
"Hari ini Royan menjalani sidang. Besar kemungkinan dia mendapat hukuman yang setimpal dengan apa yang telah dilakukannya jika kamu mau buka suara."
Dania nampak berpikir, ucapan Andra bukan sulit untuk dicerna, melainkan kebingungan yang saat ini menyerang, membuat Dania menatap pria itu seoalah membantunya mencari jalan keluar.
"Apakah kamu bersedia menjadi saksi dalam sidang Royan hari ini?" tanya Andra.
Kedua mata Dania terpejam setelah mendengar penuturan Andra. Ada rasa sesak yang bersarang di dadanya kala dirinya harus bertemu dengan Royan. Padahal, ia tak ingin bertemu dengan cowok itu lagi.
"Kita harus cari keadilan untuk Damar dan juga kamu, Dan. Papa gak mau ada yang bernasib sama---"
"Dania bersedia jadi saksi, Pa."
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA DANIA ✅
Fiksi RemajaJika tidak diadakannya razia dadakan dari dewan guru beserta anggota BNN, mungkin Dania tidak akan mengetahui bila salah seorang teman dekatnya kedapatan membawa paket terlarang, yaitu narkoba. Semua kedekatan bermula dari sana. Atas rasa penasaran...