Jika tidak diadakannya razia dadakan dari dewan guru beserta anggota BNN, mungkin Dania tidak akan mengetahui bila salah seorang teman dekatnya kedapatan membawa paket terlarang, yaitu narkoba.
Semua kedekatan bermula dari sana. Atas rasa penasaran...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BAB 60
"Nad, kalau lo diapa-apain sama dia, lo harus lawan! Jangan takut!"
Saat ini, keduanya tengah berada di ruang UKS. Dania segera menyuruh Nadya untuk berganti seragam dan juga mengeringkan rambutnya.
Dengan keadaan yang tadinya bisa dibilang, seperti orang gila kolong jembatan, kini Nadya tampak lebih fresh setelah Dania menyisir rambut gadis itu.
Bukan maksud menghina, hanya saja perbuatan Serina telah membuat penampilan cantik Nadya menjadi buruk, dan tak enak dipandang.
"Aku bisa apa, Dan? Serina seakan punya kuasa lebih dan terus maksa aku buat nurut sama dia."
"Semua akan imbang kalau lo berani ngelawan. Buktinya tadi, dia langsung sekarat di tangan gue."
Percayalah, orang seperti Serina akan benar-benar limbung jika menemukan lawan yang mampu menyaingi kemampuannya. Selain modal bacot, Dania juga dibekali dengan kekuatan yang bisa membuat lawan kicep, bahkan pingsan.
"Kalau Serina sampai lapor ke guru, kamu bakal kena masalah lagi, Dan."
"Bodo amat! Persetan sama masalah, hidup gue tiap hari udah dibebani sama masalah!"
Konsekuensi setelah kejadian ini memang akan ada, dan Dania yakin jika dua babu Serina akan melaporkannya kepada kepala sekolah. Sebenarnya, jika Dania boleh saran, lebih baik Serina saja yang kena imbasnya, karena gadis itu yang memulai, Dania hanya meneruskan.
Tapi keadaan justru berbalik dan menyerang Dania saat Serina sudah tak sadarkan diri. Kita tinggal tunggu saja, kapan perintah Dania menghadap Pak Nolan. Mungkin, sepuluh menit setelah ia keluar dari UKS.
"Yaudah, mending lo istirahat di sini aja---"
"Gak, aku mau masuk kelas aja," potong Nadya, kekeh ingin pergi ke kelas walau tahu keadaannya saat ini kurang memungkinkan untuk ikut pelajaran.
"Jangan batu deh, Nad. Keadaan lo masih belum baik, kan?"
"Aku baik-baik aja, Dan, sumpah."
"Serius?"
Nadya menganggukan kepala sebagai jawaban. Ia sangat yakin jika keadaannya akan baik-baik saja, tanpa merasa sakit sedikit pun dalam tubuhnya.
Dania menghela napasnya, "Kayanya gue emang gak bisa maksa lo buat stay di sini."