BAB 82
Raut wajah Serina masih terbayang jelas di ingatan Damar kala gadis itu membeberkan kesalahannya di depan semua anak BM. Ada rasa lega yang muncul bersamaan dengan kembalinya sifat Dania yang ia kenal sebelumnya.
Harapannya akan selalu sama. Dania bisa menjadi lebih baik, dan memperbaiki segala sifat buruk yang pernah gadis itu perbuat.
Wajah Dania seolah tak pernah luput dari benaknya. Semakin Damar mencoba menghalau, namun bayangan itu justru semakin sering muncul. Damar tak menyalahkan siapapun, karena sejatinya dirinya tak munafik jika terus-menerus memikirkan Dania.
"Berhenti lo!"
Rem motor pemuda itu langsung bekerja secepat kilat untuk berhenti kala beberapa orang yang tengah menaiki moge menghadang jalannya.
Damar langsung melepas helm-nya secara kasar, lalu mendekat ke arah pria berbadan bongsor tersebut sebelum dirinya mendapat satu pukulan pada bagian belakang lehernya.
Bug!
Sial. Mereka rupanya membawa alat bantu berupa kayu dan juga alat pukul lainnya.
"Anjing!" Damar memegangi belakang lehernya yang terasa nyeri. Setelah mencoba bangkit, ia pandangi satu persatu orang yang saat ini mengepungnya. Wajahnya tak terlihat jelas, namun Damar bisa mengenali jika orang yang berada di sana masih berhubungan dengan komplotan yang menyerangnya akhir-akhir ini.
"Kenapa nyerang gue terus, bangsat! Gue ada salah apa sama kalian?!"
Tak mengindahkan ucapan tersebut, salah seorang preman pun langsung memberi umpan dengan menonjok pelipis Damar.
Bug!
Lagi, Damar merasa tak kuasa menahan gejolak yang muncul dari dirinya. Ia hendak melawan, namun tenaganya kalah kuat dengan mereka yang menggunakan balok kayu sebagai senjata utamanya.
Bug!
"Ba-ngsat!" Damar menyerah, serangan bertubi-tubi yang menghantam tubuhnya membuat ia limbung dan ambruk.
Untuk saat ini, dirinya tak bisa menahan rasa sakit akibat hantaman preman tersebut. Bahkan setelah ia ambruk, kesadarannya pun langsung menghilang. Damar tak bisa lagi merasakan tubuhnya diseret masuk ke dalam sebuah mobil yang baru saja datang.
"Semua sudah beres, target berhasil kita habisi di TKP," ujar salah seorang pria tersebut, menghubungi petinggi yang menjadi pelopor atas kejadian hari ini.
"Good job! Bawa dia ke markas, gue gak sabar bikin dia tambah menderita!"
"Baik, bos." Pria itu menutup sambungan teleponnya, lalu segera naik ke motor, mengikuti mobil yang sudah lebih dulu membawa Damar menjauh dari sana.
Di tempat lain, seseorang yang menjadi otak dari kejadian tersebut terlihat tersenyum sumringah seraya membayangkan hal yang mungkin bisa dilakukannya pada sang korban.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA DANIA ✅
Novela JuvenilJika tidak diadakannya razia dadakan dari dewan guru beserta anggota BNN, mungkin Dania tidak akan mengetahui bila salah seorang teman dekatnya kedapatan membawa paket terlarang, yaitu narkoba. Semua kedekatan bermula dari sana. Atas rasa penasaran...