New Version : Hanin Dhiya, Ahmad Dhani - Roman Picisan
BAB 67
Harapannya saat ini hanya satu, apa yang menimpa padanya di koridor tadi segera lenyap dari pikirannya. Dania tak pernah memprediksi kapan akan bertemu dengan suatu masalah. Ia masih labil dalam menanggapi sebuah itu, apalagi jika ada orang sengaja memancing amarahnya.
Saat ini ruang kelas adalah tujuan utamanya. Bersembunyi dari hiruk pikuk yang terjadi di lapangan utama, dan memilih berdiam di sana dalam waktu yang belum ditentukan.
"Morning, Dania."
"Stres lo?"
Dania berlalu begitu saja, sedangkan Fathur---cowok yang menyapanya dari arah berlawanan sebelum masuk ke kelas pun berjalan di belakang Dania. "Pagi-pagi udah sewot aja lo, Dan."
Gadis itu segera duduk di bangkunya, masih dengan raut kesalnya tanpa peduli jika Fathur sudah mengomel karena ulahnya.
"Nih." Dania mendongak ketika satu kaos terulur ke arahnya.
"Apaan?"
"Panci! Ya, kaos lah, bego!"
"Gak usah ngegas juga kali." Dania segera menyambar kaos yang diberikan Fathur padanya, ia bahkan baru menyadari jika cowok itu sejak tadi membawa beberapa kaos untuk ia bagikan kepada para murid yang mengikuti kelas literasi.
Dania benar-benar tidak fokus, pikirannya masih terngiang-ngiang mengenai serangan Serina.
"Morning, Nadya.." Fathur beralih ke samping Nadya, melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukannya pada Dania tadi. Memberikan satu buah kaos untuk sang pacar.
"Morning juga, Fathur. Udah sarapan?"
"Belum, sih," jawab Fathur memelas, sembari memegangi perutnya seolah tengah keroncongan. Caper depan pacar check.
"Kok, belum sarapan? Nanti kalau kamu pingsan gimana?"
Sirine bahaya bagi kaum jomblo yang tengah dekat dengan pasangan bucin seperti mereka berdua. Dania mulai merasakan hawa horor menyelimuti sekitarnya setelah mendengar ucapan Nadya.
Ia melirik gadis itu, perutnya pun mendadak mules ketika mendengar serta melihat secara langsung interaksi sepasang kekasih yang baru saja merayakan anniversary-nya ke dua Minggu.
"Gak lah, kan, ada kamu yang selalu nguatin aku."
Cukup. Dania sudah tidak kuat, jiwa dan raganya pun menolak untuk tetap berada di sana. Entah karena kelamaan jomblo, atau memang tak suka dengan tingkat kebucinan orang lain, Dania lantas bangkit dari duduknya.
Ia mengurungkan niat awalnya yang ingin bersembunyi di ruangan tersebut. Nampaknya Dania harus mencari tempat merenung yang lebih tenang, sebelum acara hari ini dimulai.
"Eh.." Dania terperanjat, hampir saja tubuhnya menubruk seseorang yang baru saja datang.
Ia mendongak, keningnya mengerut bersamaan dengan kerlingan mata dari cowok di depannya. "Kenapa lihatin gue, terpesona, ya?"
Dania buru-buru menggeleng, menepis segala pikiran absurd-nya. "Pede banget dugong!"
Gadis itu kembali menatap Damar, ada sebuah tanda tanya besar yang kini bersarang di dalam pikirannya. Mengenai lebam yang ada di sekitar pelipis, pipi, serta sudut bibir cowok di depannya. "Muka lo kenapa?"
"Cakep."
Plak!
Dania berdecak, di tengah situasi yang serius sekalipun, pemikiran Damar masih belum bisa mencerna ucapannya dengan baik. "Ck! Muka kenapa bisa lebam-lebam gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA DANIA ✅
Ficção AdolescenteJika tidak diadakannya razia dadakan dari dewan guru beserta anggota BNN, mungkin Dania tidak akan mengetahui bila salah seorang teman dekatnya kedapatan membawa paket terlarang, yaitu narkoba. Semua kedekatan bermula dari sana. Atas rasa penasaran...