30 - Bermain Insting

82 10 1
                                    

BAB 30

Rasa cintanya terlalu besar terhadap orang lama hingga tak menyadari jika kehadiran orang baru juga berpengaruh pada kehidupannya. Akan tetapi hal tersebut tak berlaku bagi Damar, dia tak pernah menyebut sang kekasih telah merubah separuh dunianya. Masih ada bayangan mantan yang susah untuk ia alihkan dari posisi awal.

Dania masih menjadi ranking pertama gadis yang menembus ruang pada hatinya. Ia tak bisa menghapus jejak gadis itu begitu saja. Akan banyak drama jika Damar memilih untuk benar-benar mengakhiri semuanya.

Bahkan status putus yang telah terucap pun hanya dianggapnya sebagai formalitas belaka. Padahal hatinya masih terpatri nama Dania.

Cuaca yang begitu terik seakan tak membuat jiwanya gentar dalam menghadapi hukuman yang diberikan oleh Pak Nolan. Mengingat apa yang dilakukannya beberapa jam lalu sama sekali tidak dibenarkan, alhasil ia ikut kena hukum setelah Naufal telah enyah dari sekolah.

Ya, cowok itu mendapat sanksi berupa skorsing, dan Damar menyanyangkannya. Seharusnya lebih parah dari itu, dikeluarkan dari sekolah, maybe.

Tapi itu tidak akan mungkin. Slogan dari BM kan, "ada uang kalian aman."

Damar berdecih, tempat persembunyian para penjahat rupanya berkedok sekolah elite di tengah kota. Damar harusnya tak perlu mati-matian mengikuti tes masuk BM jika para petingginya justru menganggap sebelah mata siswa siswi yang berpotensi.

"Eh.." ia telonjak tatkala seseorang mengelap keringatnya. Cowok itu sedikit menunduk guna memastikan siapa orang yang telah merelakan waktunya terbuang sia-sia hanya untuk membasuh peluhya.

"Maudy?"

Pacarnya sendiri. Harusnya Damar patut bangga, bukannya malah menepis tangan gadis itu dan membuang mukanya. Kapan lagi diperhatikan oleh sang kekasih hingga se-detail ini?

"Kalau capek istirahat aja, Kak." Begitu perhatian, siapa lagi yang akan memperhatikan cowok itu selain pacarnya sendiri?

"Nggak usah!" jawabnya acuh.

Maudy sedikit sakit hati ketika mendapat penolakan dari cowok itu. Ia tak bisa melakukan apa-apa kecuali memasang tampang seolah baik-baik saja. Niatnya baik, ingin memberi Damar kebebasan dan menjaga sang pacar dari mata-mata Pak Nolan, tapi ternyata tawarannya ditolak mentah-mentah.

Ia baru sadar, ternyata waktu yang ia berikan pada Damar hari ini terbuang sia-sia. Seharusnya Maudy tak berada di sana dan memilih jalan pintas untuk bersembunyi dari tatapan nyalang Damar. Iya, harusnya gadis itu melakukan hal tersebut.

Tak peduli seberapa besar effort yang ditunjukkan sang kekasih demi melihatnya dapat keringanan dalam hukuman, mata hati Damar seolah tertutup akan kebaikan dan juga kesabaran gadis itu. Mungkin sebutan bajingan bukan hanya pantas disematkan oleh Naufal, melainkan dirinya juga.

Sorot matanya berkilat marah ketika dua orang muda-mudi berjalan bersisihan di koridor yang mengarah langsung pada lapangan utama, api dalam dirinya pun mulai berkobar.

Dania berjalan beriringan dengan cowok lain, Royan. Hal itu membuat Damar menggerutu dan menggeram kesal. Ia cemburu, namun gengsi untuk mengatakan sejujurnya sambil menarik kerah kemeja Royan dan memberi cowok itu pelajaran agar tak merangkul bahu Dania sembarangan.

DUNIA DANIA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang