Sesaat Kau Hadir - Utha Likumahuwa
BAB 19
Tugas yang begitu membosankan, mengingat siapa saja siswa yang tergabung dalam kelompoknya kali ini acap kali membuat gadis yang tengah duduk di mobilnya itu berulang kali menghela napas berat.
Sesuai dengan apa yang dikatakan Fathur tempo hari, mereka akan melakukan observasi yang berlokasi di salah satu pegunungan.
Hingga tiba lah pada hari ini, hari dimana mereka harus menjalankan sebuah tugas sekalian healing. Katanya. Melepas penat, menyingkirkan beban pikiran serta lara di hati, nampaknya tak akan berpengaruh apa-apa pada gadis itu. Ia memilih untuk tetap bersikap acuh walau ketiga cowok yang telah bersiap di depan rumah Damar menyambutnya penuh kehangatan.
"Macet atau mampir dulu, nih?"
Dania lantas menoleh ke arah seseorang yang baru saja melontarkan sebuah sindiran tersebut. Ia melengos begitu saja setelah mengambil tas gendongnya di bagasi mobil. "Makasih, Pak," ujarnya pada sang sopir.
"Hai Fathur, Hai Dikta."
"Hai juga Dania," jawab keduanya kompak, sembari melambaikan tangan ke arah gadis itu.
Damar berdecih, hanya kedua sahabatnya saja yang disapa. Sementara dirinya, tidak dianggap dan hanya mendapat senyuman sinis pertanda siap perang.
"Yuhuuu.. coba tebak, Mama bawa apa buat kalian," suara nyaring dari arah belakang kontan membuat keempat remaja tersebut menoleh.
"Mama ngapain, sih---"
"Loh, ada Dania? K-kok, Damar nggak bilang ya, kalau perginya juga sama kamu?"
Tersenyum canggung pada Linda---Mama Damar, Dania seolah tak bisa berkata apa-apa lantaran lumayan lama tak bersua dengan wanita itu.
Dulu, mereka memang sering bertemu. Hampir setiap hari, lantaran Damar sering mengajak Dania untuk singgah di rumahnya terlebih dahulu. Walau hubungan keduanya tak bertahan lama, namun Linda cukup akrab dengan gadis yang saat ini tersenyum dan mencium punggung tangannya.
"Ya ampun Dania, lama nggak ketemu kok, makin cantik aja, ya."
Dania hanya terkekeh pelan sembari menyelipkan anak rambutnya. Sementara kedua sahabat Damar yang baru saja memasukkan beberapa tas mereka ke dalam bagasi mobil ikut menyeletuk, "biasa Tan, cewek kalau udah jadi mantan, cantiknya suka nggak ketulungan."
"Of course," gumam Dania, mengibaskan rambutnya ke belakang seakan merasa jika perkataan Dikta benar adanya.
Dirinya tak terlalu pusing memikirkan persoalan sang masa lalu walau masih sering galau tak jelas. Untuk saat ini Dania hanya memikirkan dirinya sendiri, berusaha berbuat baik pada siapa saja dan berpenampilan menarik dimanapun dan kapanpun. Tak kaget ketika Damar susah move on dibuatnya.
"Bodoh banget ya, cowok yang udah sia-siain kamu. Dia pasti menyesal dan nangis-nangis di pojokan kamar, berharap bisa balikan lagi." Linda sengaja memperkeras suaranya agar sang anak yang saat ini tengah ia sindir merasa mengalami hal tersebut.
"Oh.. emang kebanyakan cowok kaya gitu ya, Tan, setelah putus sama pacarnya? Nangis-nangis di kamar sambil meratapi nasibnya?"
"Iya, beneran. Soalnya Tante tahu---"
"Jadi berangkat atau lanjut ngerumpi, nih?!" potong Damar, berteriak cukup lantang hingga Linda menutup mulutnya rapat-rapat sebelum memberikan satu persatu bekal kepada mereka.
"Nih, bekal buat kalian, jangan lupa dimakan, ya."
"Waduh, Tante ngerepotin aja," sahut Fathur, malu-malu ketika menerima pemberian wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA DANIA ✅
Ficção AdolescenteJika tidak diadakannya razia dadakan dari dewan guru beserta anggota BNN, mungkin Dania tidak akan mengetahui bila salah seorang teman dekatnya kedapatan membawa paket terlarang, yaitu narkoba. Semua kedekatan bermula dari sana. Atas rasa penasaran...