HANYA JUDUL DAN COVER YANG BERUBAH, ALUR CERITA MASIH TETAP SAMA.
BAB 20Bertepatan dengan malam hari, mobil yang ditumpangi empat remaja tersebut tiba di depan sebuah rumah sesuai dengan shareloc dari yang bersangkutan.
"Kayanya rumah Pak Hadi emang yang ini deh, Thur," ujar Dikta dengan suara pelan lantaran lumayan lelah setelah menempuh perjalanan jauh.
Fathur menurunkan kaca mobilnya, melihat sekitar tak ada satu orang pun yang berlalu lalang, kontan membuatnya merinding. "Beneran nggak, nih? Entar kita nyasar lagi."
"Percaya deh, sama gue. Ini emang rumah Pak Hadi," sahut Dikta sebelum keluar dari mobil. "Bangunin tuh, dua temen lo," lanjutnya, menyuruh Fathur untuk membangunkan dua orang di belakang mereka yang masih tertidur pulas.
Fathur menghela napas berat, tak lupa mengangkat kamera ponselnya tinggi-tinggi untuk mengabadikan momen Damar dan juga Dania yang terlihat begitu tenang ketika keduanya sama-sama membutuhkan bahu untuk bersandar.
"Nah, kalau kaya gini kan, enak dilihatnya," gumam Fathur, sebelum menampar pelan pipi kiri dan juga kanan Damar berulang kali. "Bangun woi, udah sampe! Jangan molor mulu lo, mentang-mentang bisa tidur di sebelah Dania!"
Kedua mata Damar perlahan mengerjap, ia sesekali menguap seraya mengucek matanya. "Apa?" tanyanya, masih mencoba untuk mengumpulkan kesadaran.
"Udah sampe, Mar!" seru Fathur lagi, membuat Dania ikut mengerjapkan matanya.
Suara serak yang samar-samar melintas di telinga kanannya, kontan membuat gadis itu mendongak. Ia masih belum sepenuhnya sadar ketika tatapannya bertemu dengan bola mata yang telah menajam sembari menjauhkan kepalanya dari bahu yang sejak tadi ia anggap bantal.
"Modus lo!" gerutu Damar, bersamaan dengan pintu mobil yang ia buka lantaran telah sampai di depan sebuah rumah yang Dania yakini milik seorang narasumber mereka.
"Dan, lo nggak turun? Mau di mobil sampai besok?" imbuh Damar.
Dania berdecak, ia lantas merapikan rambutnya yang sedikit acak-acakan. Lalu turun dari mobil dan berjalan ke arah Dikta yang telah bercengkrama dengan seorang wanita paruh baya.
"Oh.. jadi kalian murid BM yang kemarin sudah membuat janji dengan suami saya, ya?"
"Iya, Bu."
"Ya sudah, silakan masuk."
Bu Tantri, sapaan akrab dari istri Pak Hadi itu pun mempersilahkan mereka untuk masuk. Tak lupa beberapa barang yang masih berada di bagasi segera diangkut ke dalam. Mengingat mereka tiba cukup larut, membuat ekspektasi yang tadinya berada pada benak masing-masing, buyar seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA DANIA ✅
Roman pour AdolescentsJika tidak diadakannya razia dadakan dari dewan guru beserta anggota BNN, mungkin Dania tidak akan mengetahui bila salah seorang teman dekatnya kedapatan membawa paket terlarang, yaitu narkoba. Semua kedekatan bermula dari sana. Atas rasa penasaran...