70 - Lebih Parah

43 4 0
                                    

BAB 70

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 70

Pintu ruangan dimana Damar dan juga Nadya dirawat, kali ini terbuka secara perlahan ketika seseorang mendorongnya dari luar.

Dua orang yang muncul, membuat Nadya mendongak sebelum Fathur memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku kemeja.

Langkah Dania dan juga Dikta perlahan masuk, mendekat ke tempat Damar berbaring sebelum matanya sempat mengarah pada Nadya yang kini sudah siuman. "Nad, gimana keadaan lo?"

Nadya memegangi pelipisnya, tersenyum sembari mengangguk ke arah Dania sebagai pertanda jika dirinya baik-baik saja.

"Nadya udah lebih baik dari sebelumnya, Dan," sahut Fathur.

Dania menghela napasnya panjang, mengusap berkali-kali bahu sang sahabat sebelum merengkuhnya erat.

Nadya membalas pelukan itu tak kalah eratnya, ia merasa jika gadis di depannya ini memang takut terjadi hal buruk dengan orang-orang terdekatnya. Termasuk Nadya, dan juga satu orang yang kini masih terbaring di ranjang pasien.

"Damar belum juga siuman, ya?"

Matanya menatap kosong Damar yang kini belum juga memperlihatkan tanda-tanda akan kesadarannya. Padahal Dania ingin sekali menanyakan keadaan cowok itu, tapi jika realitanya seperti ini, tanpa ditanya pun Dania sudah tahu jika Damar sedang tidak baik-baik saja.

Fathur menggeleng, menunduk penuh penyeselan sembari memukul-mukul kepalanya sendiri seakan tengah melampiaskan kesalahannya. "Gue emang bego! Gak seharusnya event kaya gini gue adain di luar area sekolah!" 

Segera sadar dengan tindakan dari sahabatnya, Dikta langsung menahan kedua tangan Fathur untuk tidak menyakiti dirinya sendiri dan merasa bersalah dengan kejadian hari ini.

"Stop, Thur! Apa yang terjadi hari ini di luar prediksi. Jangan menyalahkan diri lo sendiri!"

"Gue yang bertanggung jawab atas acara ini, Ta! Keselamatan semua orang pun juga jadi tanggung jawab buat gue. Tapi kalau keadaannya jadi kaya gini, gue gak tahu lagi---"

Nadya turun dari ranjangnya, mencoba menenangkan Fathur yang nampaknya masih syok, dan merasa bersalah. Cowok itu seakan dihantui dengan rasa takut yang nantinya akan diterima setelah mendapati beberapa orang menyudutkan dirinya.

"Thur, jangan salahin diri kamu. Aku yakin, adanya preman yang nyerang event kita secara tiba-tiba itu udah di-setting!"

Mendengar sebuah kata yang cukup membuat sensitif di telinganya, Fathur langsung  bereaksi. "Di-setting?"

"Iya, aku yakin ini udah di-setting sama seseorang."

"Maksud lo? Preman yang bikin rusuh di event kalian ada dalangnya?" ujar Dikta, ikut menimpali seolah tanda tanya besar di kepalanya harus segera terjawab.

DUNIA DANIA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang