BAB 51
"Sebagai kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap tahun, Pak Nolan selaku kepala sekolah, meminta langsung kepada kita untuk ikut berpartisipasi dalam acara diesnatalis tahun ini."
Mendengar penuturan dari Pak Bambang, beberapa anak kelas literasi mulai berbisik-bisik. Tak sedikit pula dari mereka berasumsi sendiri dengan jenis kegiatan yang akan diadakan.
"Sudah dua tahun kelas literasi ini vakum, bahkan sama sekali tidak ikut merayakan peringatan hari jadi sekolah. Saya sangat berharap di tahun ini kita bisa bekerja sama untuk saling mengeluarkan ide demi berjalannya acara nanti."
Acara tahunan yang bertepatan dengan hari jadi sekolah, tidak membuat Dania tertarik ataupun bersenandung ria layaknya orang-orang yang bersiap menampilkan bakat mereka di panggung besar.
Bahkan saat beberapa murid mulai sibuk mempersiapkan ide untuk diusulkan pada Pak Bambang, Dania seakan tak peduli dan memilih untuk acuh.
"Kayanya kalau kita bikin drama musikal asik kali, ya," sahut Hardi.
"Ini kelas literasi, bukan kelas seni akting!" sergah Royan.
"Kalau kita bikin semacam cafetaria gimana?"
"Astaga Nadya, ini juga bukan kelas tata boga, please."
Royan mendengus. Ia pikir, kedua sahabat Dania memiliki pemikiran yang lebih menonjol mengenai tema literasi, tapi nyatanya ... sama saja. Mereka memiliki ide yang out of the box.
"Saya ingin memberi saran, Pak."
Semua mata kompak menyorot salah seorang anggota yang mengangkat satu tangannya. Berniat hendak memberikan usul.
Pak Bambang mempersilakan murid laki-laki itu untuk bersuara, tak lupa juga menyuruh nya berdiri terlebih dahulu.
"Gimana kalau acara diesnatalis nanti, kita mengadakan bazar buku.."
"Kan, banyak buku karya anak literasi SMA Bhakti Mulia yang sama sekali belum terekspos. Mungkin pada saat bazar nanti bisa diperdagangkan, syukur-syukur bila hasilnya di luar ekspektasi kita," imbuhnya.
Ide yang menarik, sepertinya Dania harus melebarkan matanya dan segera sadar untuk tidak terus-terusan menguap.
"Saya pengin kelas literasi ini tidak dipandang sebelah mata oleh berbagai pihak. Kita harus bisa membuktikan ke mereka jika kita ini bisa. Bukan hanya dianggap sebagai sebuah kelompok yang mengandalkan sebuah bacaan berupa buku tebal, tapi juga mengandalkan ilmu yang ada di dalamnya."
Terpukau? Sudah pasti, bahkan saat ini beberapa orang yang berada di sana menatap kagum cowok itu.
Ternyata, di balik sikapnya yang selama ini terlihat badung dan juga sering melanggar peraturan yang dibuat sekolah, ternyata ia juga memiliki pola pikir yang begitu cemerlang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA DANIA ✅
Fiksi RemajaJika tidak diadakannya razia dadakan dari dewan guru beserta anggota BNN, mungkin Dania tidak akan mengetahui bila salah seorang teman dekatnya kedapatan membawa paket terlarang, yaitu narkoba. Semua kedekatan bermula dari sana. Atas rasa penasaran...