BAB 11
Gedung yang terletak di belakang kampus Hasanuddin dulunya adalah sebuah rumah susun, dimana banyak sekali orang yang sempat menetap di sana hingga pada akhirnya terbengkalai karena termakan oleh zaman dan juga waktu.
Saat ini gedung tersebut bisa dikatakan tak berpenghuni, akan tetapi para remaja yang memiliki status sebagai mahasiswa di kampus Hasanuddin sengaja mengalih fungsikan bangunan tersebut sebagai basecamp, tempat tongkrongan, dan yang paling baru adalah sebagai sarana duel di atas ring.
Monica sering mendapat tantangan dan unjuk kebolehan di atas ring. Ia sering, bahkan hampir setiap bulan selalu menampilkan taringnya. Salah satunya hari ini.
Sesuai tantangan yang diberikan Monica, Dania harus mengenyahkan rasa takutnya. Ia yakin pada dirinya sendiri bahwa lawan yang kali ini telah siap bertarung tersebut tak akan membuatnya mundur.
Monica hanya ia anggap seperti serpihan kayu lapuk, tak ada artinya, sama seperti debu.
"Kalau lo nggak yakin boleh mundur, kok."
Dania mengernyit, cowok di sebelahnya terlihat begitu khawatir padanya. "Mundur? Yang ada, gue bakal diketawain sama Monica!"
Membiarkan Monica tertawa lepas atas kemenangannya dan meratapi nasib Dania yang malang, jelas tak akan terjadi. Dania sangat yakin dengan kemampuannya, ia bahkan begitu percaya diri bisa melawan Monica walau sebelumnya tak pernah berlatih atupun memiliki riwayat adu tinju bersama orang lain.
"Daripada lo maju, terus diketawain sama semua orang, pilih yang mana, hayo?"
"Nggak akan, Royan. Percaya deh, sama gue."
Jujur, Royan kurang yakin dengan skill yang dimiliki Dania. Yang ia tahu, gadis itu tak memiliki background seorang petinju ataupun atlet taekwondo seperti Monica. Dia hanya gadis biasa yang sering terpancing emosi.
"Dan, kalau kamu nggak kuat, langsung angkat tangan aja. Kita bakal samperin kamu." Dania mengangkat jempolnya ke arah Nadya dan juga Hardi. Dua sahabatnya itu juga tak kalah khawatir ketika mendengar kabar jika Dania akan duel di atas ring bersama Monica.
"Semangat ya, Dan. Kita pasti berdoa yang terbaik buat lo," kata Hardi, ikut menyemangati walau dalam hati benar-benar gelisah.
Ketiganya berjalan keluar dari ruang belakang lantaran Dania hendak bersiap menuju atas ring setelah beberapa panitia memberi aba-aba.
Dengan adanya kejadian hari ini, Dania berharap jika satu musuhnya akan musnah. Monica berhenti mencari masalah dengannya, ataupun sengaja memfitnah dirinya seperti yang dilakukan oleh Sherina kala itu.
Mungkin bisa jadi keduanya collab untuk menjatuhkan Dania. Secara, Sherina adalah mantan Damar yang memiliki dendam kesumat pada gadis itu. Besar kemungkinan jika tiga gadis yang saat ini bersorak di bawah sana telah merencanakan sesuatu. Iya, merencanakan sesuatu guna membuat Dania limbung berkat hantaman dari Monica.
Tepuk tangan serta sorakan yang begitu riuh kembali terdengar selepas Dania naik ke atas ring. Sementara Monica telah berada di sana sembari memperhatikan gerak-geriknya melepas sebuah jubah dan juga topeng yang sempat menutupi bagian tubuhnya agar semua orang dibuat penasaran.
"Hah, nggak salah lawan Monica kali ini si Dania?"
"Gokil, nggak sia-sia gue datang ke sini. Dua pentolan BM mau adu otot, euy!"
Banyak dari mereka yang mendukung berdirinya Dania di sana. Namun, ada sebagian yang tak terima dan justru memprotes aksi gadis itu.
"WOI, DANIA! TURUN NGGAK LO!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA DANIA ✅
Fiksi RemajaJika tidak diadakannya razia dadakan dari dewan guru beserta anggota BNN, mungkin Dania tidak akan mengetahui bila salah seorang teman dekatnya kedapatan membawa paket terlarang, yaitu narkoba. Semua kedekatan bermula dari sana. Atas rasa penasaran...