76 B - Dunia Dania

48 8 0
                                    

[Rated : 18+]
BAB 76

Damar tidak memiliki banyak waktu untuk segera tiba di apartemen gadis gila yang memiliki niat untuk menghabisi nyawanya dengan pisau dapur tersebut.

Memang sudah tak ada akal gadis satu itu. Jika memiliki masalah, bukan dengan melukai diri sendiri sebagai pelariannya.

Seharusnya, Dania bisa berbagi keluh kesahnya pada Damar, Nadya, Hardi, kedua sahabat Damar yang lain, atau kalau perlu ke psikolog sekalian agar beban di hati dan juga pikirannya sedikit berkurang.

Akan tetapi jika sudah seperti ini, Damar tak ada pilihan lain selain membelah jalanan dengan laju motor yang cukup kencang, hingga tak peduli dengan keselamatan nyawanya sendiri.

Ketika sudah sampai di depan apartemen Dania, Damar segera memarkirkan motornya di sana. Berlari menuju lobi, sampai masuk ke lift dengan tak sabaran hingga mendapat protes dari pengguna lain.

"Pelan-pelan, dong!"

"Ma-maaf Pak, saya buru-buru."

"Memangnya kamu saja yang buru-buru? Saya juga!"

Pemuda itu memilih diam dan angkat tangan ketika menghadapi pria paruh baya yang mirip seperti ayahnya. Sama-sama akan membuatnya kalah dan malu dalam sekejab.

Lift berhenti di lantai delapan, kurang tiga lantai lagi baru ia bisa membuka pintu apartemen Dania dengan leluasa. Tapi jika orang yang naik semakin banyak, Damar memilih untuk keluar.

"Permisi Bu, saya mau keluar---"

"Ini apa-apaan sih, gak lihat kalau saya lagi nelpon?!"

Damar terbata, ia masih berusaha untuk keluar dari sana. "Permisi Mas, saya mau keluar---"

"Kamu jangan bohong ya, sama aku! Kamu kira aku gak tahu kalau kamu selingkuh sama perempuan itu!"

"Aku gak selingkuh, yang. Kamu salah paham!"

"Jangan banyak alasan, aku bukan cewek bodoh yang bisa kamu tipu gitu aja!"

Sialan, demi apapun Damar tak pernah memprediksi jika harus berhadapan dengan situasi seperti sekarang. Dirinya tengah buru-buru, ia bahkan merelakan waktunya terbuang sia-sia demi mendengar perdebatan dua orang yang menghambat lajunya lift.

"Mbak, Mas, kalau punya masalah jangan dibawa-bawa---"

"Om diem aja, deh. Gak usah ikut campur!" potong gadis itu ketika pria paruh baya di sebelah Damar hendak menyela.

"Oke, aku salah. Dan aku harap kamu bisa maafin aku."

Damar memijit pelipisnya, pusing tiba-tiba melanda dirinya bersamaan dengan kedua kakinya yang berinisiatif untuk keluar dari sana.

"Mas, apa-apaan, sih?!" protes salah seorang wanita.

"Maaf Bu, saya mau keluar dari sini saja."

Terpaksa, akhirnya Damar beranjak dari lift tersebut dan memilih untuk naik tangga manual.

"Segala selingkuh dibawa-bawa lagi. Lo pikir mereka bakal iba gitu sama lo?" gerutu cowok itu ketika menapaki satu demi satu anak tangga.

"Apalagi tuh, Bapak-bapak. Sok-sokan paling sibuk se-dunia, emang dipikir dia doang yang buru-buru? Gue juga kali!"

Di sepanjang tangga, disertai napas yang tersengal. Damar masih saja mengungkit masalah orang-orang yang ia temui di lift tadi. Bukannya memberi jalan, justru menghambat jalan.

Damar mendongak, langkahnya mendadak berhenti setelah sempat berjalan santai di lantai kedua. Ia berhenti sejenak, memperhatikan sekitar sembari menoleh ke belakang sebelum bergumam, "kok, gue bisa ada di sini? Lagi mimpi apa gimana, sih?"

DUNIA DANIA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang