44 - Dua Hati Dua Insan

55 8 0
                                    

BAB 44

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 44

Hanya butuh sekitar lima menit lagi, keduanya akan tiba di apartemen Dania. Sedari perjalanan, gadis itu sudah berdoa agar laju motor Damar segera berhenti di depan apartemennya.

Akan tetapi, rasa yang tadinya membuat Dania ingin segera menapaki lantai kamarnya, tiba-tiba saja terhalang lantaran Damar memberhentikan motornya di tepi jalan. Hal itu pun sontak membuat Dania melongok, bertanya padanya, "kenapa berhenti? Motor lo mogok?"

"Coba lo turun dulu, deh."

"Lo mau nurunin gue di sini? Tega banget lo!"

Damar menghembuskan napasnya panjang, belum menjelaskan apa-apa tapi dia sudah dituduh yang macam-macam. "Turun dulu, Dan."

"Gak! Pasti lo bakal ninggalin gue, kan?!" Dania masih tetap kekeh dengan pendiriannya, ia masih belum mau turun sekalipun pemuda itu akan menyeretnya.

"Siapa yang ninggalin lo, sih? Gue mau beli martabak telur, titipan Mama."

Sadar jika ada penjual martabak telur yang tempatnya tak jauh dari ia berhenti, Dania lantas menurut, ia turun.

Langkahnya pelan, mengikuti Damar dari belakang layaknya seorang orang tua yang tengah mengambil rapot sang anak. 

"Lo duduk, gih." Lagi, Dania mengikuti perintah Damar, ia duduk di kursi yang telah disediakan.

Ternyata begini suhu di luar ketika malam hari. Begitu dingin, hingga membuat bulu kuduk Dania merinding. Bahkan sejak tadi pun tangannya sudah mengusap-ngusap lengannya, berusaha menyalurkan rasa hangat agar tak terlalu menggigil.

Biasanya Dania tak pernah merasa se-dingin ini, kepergiannya di malam hari beberapa bulan lalu juga tak menimbulkan efek apa-apa bagi tubuhnya. Namun, mengapa hari ini berbeda?

"Lo kenapa? Masuk angin?" Damar datang, ikut duduk disebelah Dania.

Gadis itu menggeleng, lalu memalingkan wajahnya dari Damar, menyembunyikan wajahnya yang sedikit pucat.

"Ternyata lo bisa kedinginan juga, ya? Gue kira selain kebal sama cacian orang, lo juga kebal sama suhu di bumi."

Titisan ular juga kebal suhu, kali. Memang dia pikir Dania bukan makhluk hidup?

"Nih, pake." Damar mengulurkan jaketnya setelah melepasnya tanpa sepengetahuan Dania. Ia tak tega melihat gadis itu bersidekap dada, sambil memasang wajah seolah tak terjadi apa-apa.

Dania menoleh, tepat di depannya saat ini sudah terpampang nyata jaket dari Damar. Cowok itu rela melepaskannya agar Dania bisa memakainya, atau hanya mencari kesempatan semata saja?

"Buruan, pake. Masa iya harus nunggu gue yang pasangin, sih? Kan lo udah gede, pasti bisa sendiri, kan?"

Masih belum menyahut, tapi tangannya sudah terulur untuk mengambil jaket tersebut. Mau tak mau, walau terpaksa ... Dania akhirnya menerima saran dari Damar.

DUNIA DANIA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang