BAB 46
Beberapa murid mulai bergerumbul kala salah satu siswi populer di BM mulai membagikan sebuah kartu undangan.
Bukan hendak menikah, namun untuk pengumuman bahwa ulang tahunnya akan diadakan pada minggu depan.
"Jangan lupa datang ke birthday party gue, ya," ucap Monika pada beberapa murid yang ia temui di koridor.
Ternyata, gerumbulan yang berada di sepanjang koridor disebabkan oleh Monika. Tidak kaget, sih, saat gadis itu mengadakan birthday party dengan mengundang semua angkatan BM. Monika kan, memang siswi populer, bahkan ia juga dijuluki sultan karena kekayaan sang ayah yang gak kaleng-kaleng.
"Kita pasti datang kok, Mon."
Monika tersenyum sumringah, mendengar kalimat tersebut terlontar dari mulut temannya, membuat sedikit lega dalam hatinya. Party-nya kali ini pasti akan meriah dan juga berjalan sesuai rencana.
Banyak yang berbondong-bondong mendekat ke arah Monika kala gadis itu sibuk membagikan undangan, namun ada juga yang langsung dihampiri oleh gadis itu.
"Jangan lupa datang, ya."
Sementara Monika sibuk dengan dunianya, dari arah lain, tiga siswi dengan sorot mata tajam ... mengarah pada sosok yang menjadi pusat perhatian murid BM, mulai menggerutu, "Kak Monika lagi bagi-bagi apa sih, angpau?"
Serina menyentil kening Rara, "Undangan birthday party, bego!"
"Rara malu-maluin banget deh, jangan kelihatan norak gitu dong," imbuh Vantika.
"Norak gimana sih, Van, gue kan cuma nanya."
Sebenarnya tidak ada yang salah, toh Rara juga tidak tahu menahu mengenai tindakan Monika kali ini. Bila dilihat dari raut para murid, sudah terlihat jelas mereka memiliki kesenangan tersendiri setelah menerima kertas tersebut.
"Kita pansos yuk, siapa tahu ikutan populer kaya Monika."
Otak-otak licik Serina rupanya mulai bekerja. Ia sengaja mengajak kedua sahabatnya agar terlihat memiliki seseorang yang bisa menuruti kemauannya. Dan sekarang, mereka melakukan hal itu. Mendekat ke arah Monika, sebelum akhirnya melambaikan tangannya sok akrab.
"Hai, bestiee..." ujar ketiganya serempak.
Monika lantas menoleh, mengerutkan keningnya. Antara ilfeel, atau memang tidak mengenal ketiga gadis yang kini kembali menyapanya.
"Kak Monika, yuhu..."
Sekali lagi, Monika telonjak dibuatnya. "Apaan, sih?!"
"Jangan jutek gitu dong, Kak, kita kan mau bantuin Kak Monika nyebar undangan, ya gak, guys?" ujar Serina girang, mencoba memastikan kepada dua sahabatnya.
"Iya, dengan senang hati---"
"Sayangnya gue gak butuh bantuan dari kalian," jawab Monika acuh, lalu kembali melanjutkan aktivitasnya.
Tak mau jika Monika kabur begitu saja, Serina tetap menjadi penguntit gadis itu dari belakang. "Please lah, Kak, kita mau bantuin Kak Monika, bahkan kita bantuinnya ikhlas, kok."
Belum merespon rengekan dari Serina, Monika tetap melanjutkan langkahnya.
"Kak Monika---"
"Apa lagi sih, Ser!" Monika berbalik badan, menatap tak kalah tajam gadis keras kepala di hadapannya.
Serina ketar-ketir dibuatnya, melihat Monika melotot seperti itu ... rasanya ia ingin tenggelam saja ke dasar laut. Ternyata, marahnya Monika lebih seram dari yang ia bayangkan sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA DANIA ✅
Ficção AdolescenteJika tidak diadakannya razia dadakan dari dewan guru beserta anggota BNN, mungkin Dania tidak akan mengetahui bila salah seorang teman dekatnya kedapatan membawa paket terlarang, yaitu narkoba. Semua kedekatan bermula dari sana. Atas rasa penasaran...