BAB 74
Kedua matanya mendelik tajam kala perhatian beberapa orang mengarah padanya dengan pandangan sengit. Dania memperhatikan sekali lagi penampilannya, dari atas hingga bawah ... sebelum bertanya pada Nadya, "ada yang salah dari penampilan gue hari ini?"
Nadya mendongak, mengerutkan keningnya lalu menggeleng. "Gak ada, Dan. Emang kenapa?"
"Kok, orang-orang pada ngelihatin gue, ya?"
"Bukannya itu rutinitas mereka setiap hari, ya? Apalagi anak-anak cowok yang berkhayal kelak bisa jadi pacar kamu."
"Ih.. gak gitu, Nad. Hari ini tuh, beda ... tatapan mereka seolah ngintimidasi gue."
Sejak langkahnya menapaki koridor ketika hendak menuju kantin tadi, Dania sudah dibuat bingung sendiri kala sadar hampir semua murid menatapnya tak santai.
Jika biasanya Dania sudah kebal dengan berbagai kalimat pujian serta gombalan receh dari mereka, namun kali ini justru sebaliknya. Gadis itu tak mendapatkan pujian, melainkan tatapan penuh selidik.
"Nih, minuman kalian." Hardi datang, membawa tiga botol minuman dingin.
"Thank you, Hardi," sahut Nadya lembut, dan diangguki oleh cowok itu.
Hardi mengambil duduk di depan Dania, mengamati gadis itu sekali lagi sebelum keningnya mengerut sembari menatap sekitar. "Lo kenapa, Dan?"
Dania terperanjat, lalu mengambil minuman yang berada di depannya dan meneguknya.
"Lo ngerasa aneh gak, sih?"
"Aneh? Aneh kenapa?" tanya Hardi, kebingungan sendiri.
"Lo gak lihat tatapan orang-orang ke gue gimana?"
"Kagum."
"Bukan, Har. Mereka kaya lagi ngintimidasi gue tahu gak!"
"Perasaan lo doang, kali. Gue lihatnya biasa aja, kok." Hardi memang tak mau mengambil pusing dengan tatapan orang-orang di sekitarnya. Tapi ketika hal itu menyangkut dengan salah seorang sahabatnya, dirinya jelas tak tinggal diam untuk memberi energi positif agar pikiran buruk yang bersarang di otak Dania saat ini berkurang.
"Gue gak yakin sih, kalau cuma disuruh nemenin, doang. Paling juga sekalian check-in."
"Pantesan gayanya selama ini hedon banget, ternyata duit hasil jadi simpenan."
"Kalau itu sih, udah jelas. Kelihatan kok, dari gelagatnya."
Cuitan bernada julid dari tiga siswi yang baru saja melewati bangku mereka, kontan membuat Dania hampir tersedak. Ia mendongak, lalu berbalik badan untuk memastikan siapa orang yang tengah bergosip tadi.
"Mereka lagi ngomongin siapa?" tanya Dania pada kedua temannya yang kini justru memberikan gelengan kepala sebagai jawaban.
"Gak nyangka ya, sekelas anak konglomerat ternyata rela jadi simpenan suami orang."
"Kalau gue jadi dia malu sih, apalagi ketemu orang banyak setelah beritanya viral dimana-mana."
Niatnya sih, tak ingin merespon ataupun menanggapi berbagai gosip yang berada di sekolahannya, akan tetapi ketika banyak orang sudah mulai membicarakan hal tersebut di setiap pertemuan ... terpaksa Dania harus mencari tahu mengenai berita tersebut agar tidak dinilai kudet.
"Emang ada berita apa?"
"Gak tahu," jawab kedua sahabatnya bersamaan.
Sepertinya Dania salah orang untuk mengorek informasi yang tengah hangat saat ini. Hardi dan juga Nadya memiliki pemikiran yang sama dengannya, tak mau mengambil pusing dengan masalah orang dan tak mau mengikuti alur gosip yang ending-nya sudah bisa ditebak.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA DANIA ✅
Teen FictionJika tidak diadakannya razia dadakan dari dewan guru beserta anggota BNN, mungkin Dania tidak akan mengetahui bila salah seorang teman dekatnya kedapatan membawa paket terlarang, yaitu narkoba. Semua kedekatan bermula dari sana. Atas rasa penasaran...