BAB 14
Dania mengerjapkan matanya berulang kali saat sinar matahari mulai menembus jendela kamarnya. Matanya memicing, mengamati sekitar hingga akhirnya keningnya mengkerut bingung.
"Kok, gue bisa ada di apartemen, bukannya kemarin---"
Ingatannya kembali tertuju pada sebuah tragedi dimana hantaman Monica mendarat berulang kali pada tubuhnya.
Hingga saat ini, Dania masih merasakan itu. Sakit yang cukup dalam.
"Kalau gue masuk sekolah pasti jadi bahan bully-an lagi." Dania berdecak, lalu membenarkan posisi duduknya sebelum hidungnya mengendus aroma yang tak biasa dari hari-hari sebelumnya.
"Bau nasi goreng, tumben banget Mang Ujang jualan pagi-pagi."
Langkah Dania menuju balkon, melihat ke bawah untuk memastikan jika penjual nasi goreng langganannya telah buka 24 jam.
"Nggak ada orang, tapi baunya---"
Dania kembali mengendus, saat ini langkahnya telah membawa gadis itu untuk ke dapur. Hanya ingin memastikan jika ada orang selain dirinya di apartemen ini atau hanya khayalan saja.
Namun, pikirannya salah. Saat ini bukan hanya khayalan ataupun harapan belaka. Ia bahkan begitu terkejut saat menyadari jika wanita paruh baya yang teramat ia rindukan rupanya telah pulang, nampak tengah menyiapkan piring untuk sarapan.
"Aaa.. Mamaaaa.." pekik Dania, hingga membuat wanita itu mendongak dan tersenyum lebar.
"Dania kangen banget sama Mama."
Ayumi---sang mama, ikut merengkuh tubuh anaknya untuk menyalurkan rasa rindu yang selama ini belum sempat tersalurkan.
"Mama juga kangen sama kamu," ucap Ayumi sembari mengecup puncak kepala anak gadisnya.
"Mama kok, nggak ngabarin Dania dulu kalau mau pulang?"
"Maaf ya, sayang, soalnya Mama ke sini juga mendadak."
Dania melonggarkan pelukannya, "tumben banget mendadak, emang ada hal penting yang mau dibicarain sama Dania?"
Ayumi tersenyum, menggeleng pelan sembari menyuruh anaknya untuk duduk. "Kita makan dulu ya, nanti Mama ceritain."
"Nah, kan, Mama tuh, selalu bikin aku penasaran."
Melihat sang mama tiba-tiba berada di dapur untuk membuat sarapan untuknya, mungkin sudah cukup untuk menggambarkan rasa rindu yang selama ini Dania rasakan.
Gadis itu hanya ingin menikmati kehidupan normal seperti teman-temannya yang lain.
Sarapan bersama keluarga lengkap, diantar sekolah oleh orang tua sembari berpamitan dengan mencium punggung tangan mereka, memakan bekal masakan mama, lalu tak lupa ketika pulang disambut hangat dengan sebuah pertanyaan, "gimana sekolahnya hari ini? Menyenangkan bukan?"
Dania ingin merasakan hal itu, namun apa daya saat kedua orang tuanya lebih memilih mencari uang masing-masing daripada mengurus anak dan memantau perkembangannya ketika beranjak remaja.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA DANIA ✅
Fiksi RemajaJika tidak diadakannya razia dadakan dari dewan guru beserta anggota BNN, mungkin Dania tidak akan mengetahui bila salah seorang teman dekatnya kedapatan membawa paket terlarang, yaitu narkoba. Semua kedekatan bermula dari sana. Atas rasa penasaran...