BAB 34
Langkahnya begitu santai ketika melintasi koridor. Menebar senyum pada setiap orang yang berpapasan dengannya, dan tak lupa mencari perhatian dari gadis yang membalas tatapannya.
Kunci motornya sengaja ia putar-putar menggunakan telunjuk kanannya. Dagunya terangkat seolah memperlihatkan jika dirinya menjadi pusat perhatian di sana.
Damar berjalan sangat percaya diri saat hendak masuk ke kelas. Ditatap dengan penuh kekaguman oleh kebanyakan siswi, membuatnya hampir hilang fokus. Mungkin jika cakram pada dirinya tak berfungsi secara sempurna, bisa dipastikan seorang gadis yang saat ini tengah berdiri di depannya akan bertubrukan dengan dada bidangnya.
"Hai, Kak," sapa gadis itu.
Untung geraman serta gerutu yang ia rasakan pada batinnya tak dapat didengar oleh gadis itu---Maudy, kekasihnya sendiri.
"Eh, morning, sayang."
Masih menampilkan sebuah topeng super tebal, kini Damar sibuk memainkan perannya menjadi pacar yang baik di depan seorang gadis yang telah mengulurkan satu kotak makan padanya. "Ini buat Kak Damar."
Rejeki memang tak seharusnya ditolak walaupun sang pemberi adalah sosok yang tak begitu ia harapkan kehadirannya. Damar tetap menghargai apapun pemberian Maudy, itung-itung menghemat pengeluarannya bulan ini.
"So sweet banget pacar aku. Makasih, ya. Nanti pasti aku makan."
Diberi ucapan terima kasih saja sudah membuat Maudy hampir melayang, apalagi jika cowok itu mencicipi masakannya saat itu juga. Mungkin Maudy akan sangat gembira ketika mendengar sebuah kalimat pujian dari hasil kerja kerasnya sendiri. Walau hanya sebuah kekaguman, namun gadis itu merasa jika setiap pernyataan baik yang Damar lontarkan padanya akan berdampak pada mood-nya.
Maudy mengangguk malu-malu bersamaan dengan puncak kepalanya yang diusap penuh kasih oleh Damar. Ia ikut terhanyut dalam setiap belaian lembut dari cowok itu sebelum sebuah suara dari arah yang berlawanan membuat keduanya telonjak.
"Hwekk.. hwekk.."
Ungkapan bernada mual itu kontan membuat Damar mengernyit. Seorang gadis yang begitu ia harapkan kehadirannya, namun tak pernah terwujud itu tiba-tiba berada di belakangnya dengan perut yang sengaja dipegang seolah tengah mual karena sebuah bau yang menyengat.
"Sial banget, kenapa harus ketemu sama orang yang lagi mabok, sih," lanjut gadis itu ketika berjalan ke arah Damar, terpaksa melintas di sana lantaran satu-satunya akses menuju kelas ada pada jalanan lurus yang saat ini ia pijak.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA DANIA ✅
Teen FictionJika tidak diadakannya razia dadakan dari dewan guru beserta anggota BNN, mungkin Dania tidak akan mengetahui bila salah seorang teman dekatnya kedapatan membawa paket terlarang, yaitu narkoba. Semua kedekatan bermula dari sana. Atas rasa penasaran...