BAB 37
Tidak ingin menyalahkan siapapun, jika menyangkut kelompok, pasti menjadi tanggung jawab bersama.
Dikta merasa tak enak dengan ketiga temannya, di sini dirinya lah yang diberi tugas untuk memindah video penutupan tugas mereka. Tapi justru berakhir dengan amarah dari Bu Lastri.
"Kurang berapa putaran lagi, sih, capek banget gue," keluh Dania, memelankan laju larinya. Tangannya pun ikut bergerak untuk mengusap peluh yang sudah menetes di area pelipisnya.
"Dan, lo masih kuat, kan?" Fathur berhenti, mencoba bertanya pada Dania yang terlihat berbeda dari biasanya.
Gadis itu mengangguk, namun Fathur masih khawatir dan menahan lengan gadis itu untuk memastikan jika keadaannya baik-baik saja. "Gue gak apa-apa Thur, beneran deh."
"Serius?"
"Duarius malah."
Fathur menghela napasnya lega, matanya sempat menoleh ke arah belakang. Tepat saat itu tatapannya tak sengaja bertubrukan dengan mata nyalang Damar yang menyorotnya sejak tadi.
Ia melirik Dania, lalu kembali berlari tanpa peduli jika nantinya akan kena omel Damar.
Memang apa masalah nya? Toh Fathur tidak melakukan hal yang buruk pada Dania. Hanya memastikan saja jika gadis itu baik-baik saja.
"Gak usah lebay, gitu doang udah ngeluh." Damar berlari melewati Dania yang masih terdiam setelah kepergian Fathur.
Ia berdecih, kembali berlari untuk mensejajarkan langkahnya dengan Damar.
"Ngeluh itu hak segala bangsa! Sewot aja lo!"
"Kalau terus-terusan ngeluh juga gak baik kali."
"Kayanya lo yang tiap hari ngeluh."
"Mana ada, emang lo punya bukti?"
Dania mengerucutkan bibirnya sebal, raut mukanya pun langsung berubah dan segera memalingkan wajahnya. Menyadari hal itu, Damar diam-diam tersenyum miring melihat tingkah gadis di samping nya.
Mereka kembali berlari, kali ini serius. Tidak ada yang saling ejek ataupun mengeluh satu sama lain. Satu orang salah, semua juga salah.
"Dania!" Teriakan dari arah tepi lapangan sontak membuat Dania berbinar.
Lambaian tangan serta senyum lebar yang diperlihatkan Nadya membuat gadis itu semakin mempercepat larinya.
Bukan hanya Nadya yang membuat Dania bisa segera menyelesaikan hukumannya kali ini, tapi ada Hardi dan juga Royan.
Iya, Royan. Cowok itu juga berada di tepi lapangan bersama kedua sahabatnya.
"Dania, buruan sini!" teriak Nadya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA DANIA ✅
Ficção AdolescenteJika tidak diadakannya razia dadakan dari dewan guru beserta anggota BNN, mungkin Dania tidak akan mengetahui bila salah seorang teman dekatnya kedapatan membawa paket terlarang, yaitu narkoba. Semua kedekatan bermula dari sana. Atas rasa penasaran...