56 - Happy Birthday, Roy

45 6 0
                                    

BAB 56

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 56

"Happy birthday to you.."

"Happy birthday, happy birthday.."

"Happy birthday to you.."

Suara tepuk tangan menggema di ruangan tersebut. Walau hanya bisa dirayakan di sebuah kamar yang berukuran tak terlalu luas, namun Royan memaknai hal tersebut dengan suka cita.

Ia tak masalah jika hari ini tidak mendapatkan seperti apa yang sang kakak dapatkan. Lebih tepatnya, ia menolak diperlakukan sama.

"Selamat ulang tahun ya, nak, semoga kamu tetap jadi kebanggan buat Ibu." Paramita memeluk anak laki-lakinya begitu erat, seakan tak mau jika ada yang merebut darinya. Tak akan dibiarkan hal itu terjadi.

"Iya, makasih Ibu."

"Selamat ulang tahun ya, Den, sehat selalu, dan diberi umur panjang."

Royan tersenyum, setelah meregangkan pelukannya pada Paramita.

"Makasih, Bi."

"Saya juga mau ngucapin selamat ulang tahun buat Den Royan, semoga apa yang diimpikan selama ini dapat terwujud."

"Terima kasih, Pak."

Semua orang yang berada di rumah, entah itu pembantu, sopir, satpam rumah, tukang kebun, bahkan beberapa ajudan sang papa juga berada di sana, memberi selamat kepada anak bosnya.

Mereka memang sangat dekat dengan Royan, bahkan hampir setiap tahun mereka selalu memberikan doa yang tulus.

"Yaudah, sekarang Royan potong kuenya dulu, ya."

Cowok itu mulai memotong kuenya, lalu ia taruh di atas piring yang tersedia di sana sebelum mengambil sendok dan menyendokkan pada Paramita. "Kue pertama, buat Ibu."

Dengan senang hati, wanita yang duduk di kursi roda itu menerima suapan dari putra kesayangannya. "Tetap jadi Royan yang Ibu kenal, ya."

Janji Royan pada sang ibu, ia akan tetap ingat dan juga akan tetap melihat ke belakang perjuangannya selama ini. Untuk bisa survive dan berada di titik sekarang, itu tidak mudah.

"Papa tadi bilang sama Royan kalau beliau sudah menyiapkan makanan spesial buat kalian semua."

Semua pekerja yang berada di ruangan tersebut kompak berbinar, tak menyangka jika Tuan-nya begitu baik dan juga perhatian pada para bawahannya.

"Terima kasih, Den."

"Kalian bisa langsung ke meja makan."

Mereka menurut, berbondong-bondong untuk turun ke lantai satu.

"Gak terasa ya, Roy, kamu udah semakin dewasa."

Ternyata, dewasa tak sama seperti apa yang ia pikirkan sewaktu kecil. Menjadi dewasa itu sakit, bahkan ia dipukul dengan keadaan yang mengharuskannya menjadi kuat tanpa tahu bagaimana pondasi yang ia bangun selama ini. Sangat susah.

DUNIA DANIA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang