69 - Sebuah Tragedi

48 5 0
                                    

BAB 69

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 69

Ternyata apa yang menjadi keluhan Dania kali ini bukan hanya banyaknya pengunjung yang datang silih berganti tanpa membeli. Akan tetapi kehadiran orang yang sangat ia hindari juga berpengaruh pada setiap mood-nya.

Dania mendongak ketika menyadari adanya sosok makhluk yang lebih tinggi darinya, berdiri di sebelahnya. Terlihat berniat menutupi Dania dari teriknya matahari yang sejak tadi memang membuat peluhnya menetes.

"Ngapain?"

Cowok itu menunduk, melihat sekilas ke arah Dania sebelum kembali belagak menyilangkan tangannya di depan dada seraya bersiul. "Jualan popcorn!"

"Ha?" Dania mengernyit, helaan napas dari lawan bicaranya pun kontan membuat dirinya kembali mendongak. "Pake nanya lagi, lo gak lihat kalau gue sedang melindungi Putri Dania dari panasnya terik matahari?"

Jayus, gombalan abal-abal khas Abang tukang bakso keliling kembali membuat Dania jengah menatap cowok berseragam SMA dengan nametag 'Damar Agistan'

"Haus, ya?" tanya Damar, basa-basi dahulu agar terlihat peduli dan juga peka ketika melihat Dania sudah di fase merubah fungsi sebuah kertas yang dipegangnya menjadi kipas alternatif.

Gadis itu mengangguk. "Iya."

"Oke, bentar."

Lagi, Damar celingukan ke sekitar. Keadaan yang cukup ramai membuatnya susah mencari keberadaan penjual air mineral.

Akan tetapi, semua keresahan itu tak berlangsung lama apalagi bersarang lama di pikirannya. Dengan sekali tembak, lawan pun langsung kicep saat tangan Damar sengaja menahan salah seorang anggota literasi yang melintas di depannya.

"Eh.. berhenti lo."

"A-ada apa, Kak?" Pemuda dengan potongan rambut belah tengah, serta memakai kacamata bulatnya itu lantas berhenti sembari menatap takut kakak kelas yang dikenal kurang baik di sekolah. Ia tak pernah mencari masalah dan juga tak mau berurusan dengan siswa bernama Damar.

"Minumannya buat gue, lo beli lagi aja."

Apa yang berada di pikirannya ternyata salah, Damar hanya mau minumannya bukan berniat lain seperti memalak dirinya. Eh.. tapi, meminta minuman dengan sebuah paksaan bisa disebut dengan memalak bukan?

"Ta-tapi, kan---"

"Nih, gue kasih duit."

Oh.. bukan say, rupanya Damar menyiapkan satu lembar uang untuk mengganti minuman adik kelasnya itu. Padahal pikiran macam-macam tadinya sudah bersarang di otaknya, namun seketika langsung ditepis dengan selembar uang berwarna biru. Itu sudah lebih dari cukup, bahkan cukup membeli air mineral untuk lima atau enam orang temannya yang lain. 

Damar kembali mendekat ke arah Dania, untung gadis itu tak beranjak dari sana di saat dirinya tengah berjuang. Jika Dania pergi, entahlah ... mungkin Damar merasa dicampakan dan akan membuat drama baru agar Dania me-notice dirinya. "Minuman dingin, penyejuk hati, khusus untuk my love, Dania."

DUNIA DANIA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang