BAB 64
Damar mendadak menghentikan motornya kala melihat Dania masih berdiri di depan gerbang sekolah. Terlihat tengah menunggu jemputan, dan bisa dipastikan gadis itu menanti kehadiran Sam.
Ia lantas turun dari motor, berjalan ke arah Dania sebelum pergerakannya lebih dulu disadari oleh sang target. "Lo ngapain ke sini?"
"Nunggu Sam."
Dania mengerutkan kening bingung, Damar juga ikut menunggu Sam, sama seperti dirinya. Memangnya tidak ada kerjaan lain, kah? "Lo mau nebeng sama gue?"
Damar menggeleng.
"Terus?"
"Gue mau nemenin lo nunggu Sam di sini, gak apa-apa, kan?"
Sebenarnya tidak ada masalah jika Damar ingin menemani Dania berdiri di sana, tapi apa cowok itu tidak merasa keberatan bila nanti sebuah pertanyaan yang sama seperti di pinggir lapangan tadi kembali dilontarkan gadis itu?
"Kenapa lihatin gue kaya gitu, naksir ya?" Dania bergidik geli mendengar betapa percaya dirinya cowok di sebelahnya ini. Mengapa Damar begitu yakin jika dania masih menyimpan rasa padanya? Padahal bisa dilihat dengan jelas bagaimana sifat gadis itu terhadapnya. Tidak ada manis-manisnya sama sekali, dan justru selalu ingin baku hantam di setiap pertemuan.
Damar terkekeh, bersamaan dengan sebuah mobil hitam dengan plat yang sangat ia kenal, mendekat ke arah mereka. "Gue masih penasaran sama foto---"
Tin!
"Anjing," umpat Dania ketika klakson mobil di sebelahnya membuat tubuhnya telonjak kaget. Ia menggeram ke arah sang pengemudi, ingin memakinya bila nanti pria itu keluar dari mobil. Kalau orang lain, mungkin akan Dania maklumi, tapi ini Sam, ia jelas tak merasa segan bila harus memberi sumpah serapah pada pria itu.
"Abaikan mobil Sam, dan jawab pertanyaan gue, Mar."
"Mari, Nona Dania---"
"Shut up! Gue masih ada urusan sama Damar!" Kali ini Dania menatap serius cowok yang berdiri di sebelahnya, menunggu jawaban yang dilontarkan, sembari menyilangkan tangannya di depan dada.
Berulang kali, Damar harus bersusah payah menelan salivanya. Ditatap begitu intens oleh Dania, membuat tubuhnya seketika membeku. Ia seolah tak mendapat kekuatan lebih ketika Dania tengah menunggu jawabannya.
Lalu, Damar harus apa saat ini? Apa dia mengalihkan pembicaraan lagi. "Udah, gak usah dibahas, mending lo buruan masuk."
"Ta-tapi, Mar---"
Keputusan final, untuk saat ini Damar lebih memilih menyelematkan privasi masa kecilnya. Mungkin untuk hari selanjutnya, ia akan memikirkan alasan apa yang sekiranya masuk di akal gadis cerdik itu.
Tubuh Dania didorong tak begitu kuat oleh Damar untuk masuk ke dalam mobil. Cowok itu bahkan tidak lupa melambaikan tangannya sembari memberikan peringatan pada Sam, "bye Dania.."
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA DANIA ✅
Fiksi RemajaJika tidak diadakannya razia dadakan dari dewan guru beserta anggota BNN, mungkin Dania tidak akan mengetahui bila salah seorang teman dekatnya kedapatan membawa paket terlarang, yaitu narkoba. Semua kedekatan bermula dari sana. Atas rasa penasaran...