BAB 26
"Mulai sekarang kamu nggak boleh pergi sendiri. Harus didampingi ajudan, atau perlu Papa telepon Damar untuk nemenin kamu."
Kalimat di atas, adalah salah satu penyebab mood Dania mendadak down.
Sejak pulang dari restoran tadi, Dania mengerucutkan bibirnya kesal karena mendengar aturan baru dari Andra. Dirinya tak diizinkan keluar tanpa seorang ajudan ataupun Damar di sebelahnya.
Memang dirinya masih kecil? Atau Andra belum mengetahui jika sedari dulu mental sang anak telah terlatih mandiri?
Dania membuka pintu apartemennya, diikuti Sam---yang kini telah resmi menjadi ajudan pribadinya setelah satu tahun berstatus sebagai ajudan Andra.
"Sam, tolong siapin makanan gue."
Pria itu mendongak, lalu mengangguk dan berjalan ke arah dapur untuk menyiapkan beberapa makanan yang baru saja dibelinya dari luar.
Setelah dari restoran, Dania memang meminta Sam untuk menunggunya di mobil sedangkan gadis itu memesan makanan cepat saji.
Sebenarnya Andra melarang keras putrinya untuk mengonsumsi junk food berlebihan, namun karena Andra tak pulang bersamanya melainkan bersama Damar dan mengantar cowok itu kembali ke rumah, Dania merasa aman dan sangat bersyukur lantaran dapat masuk ke dalam resto favoritnya.
Sam memang sudah terlatih menanggapi orang-orang yang sering menyuruhnya ini dan itu. Sikap Dania pun hampir mirip dengan Andra. Jika meminta ataupun menginginkan sesuatu harus segera terpenuhi.
Dan sekarang, sembari menunggu Dania berganti pakaian, pria itu telah menyiapkan beberapa makanan di atas meja. Ajudan yang tak hanya mengawal Tuan-nya, namun sekaligus merangkap sebagai seorang asisten.
"Sebanyak ini, Nona sanggup memakan semuanya?"
"Sanggup, lah. Kalau nggak sanggup kan, bisa gue kasih ke lo."
Perintah yang sangat ramah, bahkan Sam dibuat tersenyum getir dan harap cemas jika gadis itu telah menyodorkan makanan padanya. "Saya sudah kenyang," jawabnya sebagai jalan pintas.
"Oh, punya rasa kenyang juga ternyata."
Sam sama seperti manusia pada umumya. Bisa merasakan kenyang dan juga lapar. Memangnya Dania pikir hanya Sam saja yang tak pernah merasakan hal tersebut hingga terlihat terus menerus memakan semua makanan yang tersaji di depan mata?
Jika melihat gadis yang saat ini duduk di depannya, Sam seringkali teringat momen pertemuannya dengan seorang gadis kecil yang begitu nakal dan sering membuatnya naik pitam.
Kala itu dirinya masih berstatus sebagai seorang pelajar SMA, sementara Dania baru saja masuk Sekolah Dasar. Jiwa anak kecil yang suka menjahili orang yang dianggapnya lebih tua, memang sudah terpatri dalam diri Dania sejak dulu.
Entah itu meledek Sam dengan suara bebeknya, menggelitiki perut pria itu hingga amarahnya naik, lalu melempar jauh-jauh sepatu yang baru saja Sam beli dari hasil jual cupang, menarik ekor kucing kesayangannya hingga membuat sang pemilik menangis histeris. Sungguh, Dania kecil begitu jahil. Bahkan hingga kini semuanya masih sama.
Bedanya, Dania tak mengingat hal itu lagi. Gadis itu mungkin tak pernah tahu jika dulu sering bermain dengan Sam di saat ayah cowok itu tengah bertugas menjadi ajudan Andra. Mereka sering menghabiskan waktu bersama. Tak hanya berdua, melainkan bertiga, Damar kecil juga ikut serta.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA DANIA ✅
Teen FictionJika tidak diadakannya razia dadakan dari dewan guru beserta anggota BNN, mungkin Dania tidak akan mengetahui bila salah seorang teman dekatnya kedapatan membawa paket terlarang, yaitu narkoba. Semua kedekatan bermula dari sana. Atas rasa penasaran...