"Lo tahu kan bokap Raka nggak suka banget sama lo."
"Hmm."
Kita semua tahu, Ayah Raka tidak menyukai Rafa karena semenjak berteman dengan Rafa anaknya menjadi pembangkangan, tidak menuruti perkataannya, dan menjadi penghalang prestasinya di sekolah.
****
"Udahlah gue mau balik. Bahas beginian bikin kepala gue pusing. Assalamualaikum"
Baru beberapa langkah Diki pergi Andin sudah menghentikan langkahnya.
"Sebentar!" cegah Andin dengan cepat.
"Apa lagi?! Seblak udah gue beliin, ice cream sama coklat juga udah. Lalu, apa lagi? Lo pengen apa sekarang?! Cepat katakan, gue mau pulang." Diki terlihat kesal.
Andin tampak sedih ketika mendengar nada bicara Diki. Ia menunduk, dan memilin ujung bajunya.
Diki yang melihat itu terdiam panik. Ia dengan cepat berlari ke arah Andin. Rafa yang melihat itu tersenyum geli.
"Eh ... canda. Bumil mau apa? Sate? Es kelapa, atau ... ice cream sama coklatnya kurang? Ayo, katakan nanti di beli-in lagi," ucap Diki lembut kepada Andin. Ia mengelus lengan, punggung, dan puncak kepala Andin.
"Jangan lama-lama ngelusnya."
Rafa dengan cepat melepaskan tangan Diki dari puncak kepala Andin. Tadi Raka, sekarang Diki. Kedua sahabatnya ini suka sekali membuatnya kepanasan.
"Ck!" Diki berdecak. Sahabatnya ini sepertinya tidak mengerti bahwa ia sedang membujuk istrinya.
"Sudah, kamu jangan sedih lagi." Rafa membawa Andin ke dalam pelukannya yang di balas pelukan oleh Andin.
Andin mendongak." Aku nggak tahu kenapa aku jadi seperti ini."
Rafa yang mendengar itu tersenyum geli. Ia membawa Andin kembali ke dalam pelukannya. "Karena kamu sedang hamil. Hormon wanita hamil naik turun."
"Aku tidak terlihat," kata Diki. Ia duduk kembali di sofa. Melihat dua sejoli yang sedang berpelukan di depannya. Rafa yang mendengar itu tersenyum geli.
Andin mendongak. Ia menaruh kedua tangannya di dada Rafa. Sementara Rafa memeluk pinggang Andin. "Makan aku juga tambah banyak. Aku memang doyan makan, tetapi kali ini lebih parah. Bagaimana kalau aku gendutan ketika hamil? Kamu ... nggak mungkin ninggalin aku kan?" Andin menggigit bibirnya.
Rafa menjawil hidung Andin. "Kamu ini bicara apa? Nggak mungkin juga aku ninggalin kamu. Mau kamu kurus, atau gendut aku akan tetap sayang sama kamu."
Andin tersenyum atas ucapan Rafa. Begitu pula, dengan Diki. Ia tidak percaya sahabatnya itu bisa bersikap romantis juga.
Cup.
Andin mencium pipi Rafa. Ia terlihat senang atas jawaban Rafa. Rafa yang di cium pipinya tersenyum geli. Berbeda dengan Diki, ia terkejut. Sebenarnya kedua sahabatnya ini menyadari, atau tidak bahwa ia masih berada di sana.
"Ck! Nyebelin." Diki berdecak.
"Makasih," kata Andin. Ia memeluk Rafa kembali.
"Hmm." Rafa mengangguk tersenyum.
"Mas," panggil Andin sambil melepaskan lelukannya.
"Hmm," balas Rafa. Ia mengangkat salah satu alisnya ketika Andin menatapnya.
Andin tersenyum. Tidak lama ia mendekatkan wajahnya kepada Rafa. Ia mencium bibir Rafa, yang membuat Rafa terkejut. Tidak lama ia membalas ciuman Andin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
RomancePerjodohan yang sudah ada sejak lahir, sepasang sahabat menjodohkan anak mereka jika mereka sudah bertumbuh dewasa. "Senyum dikit kek kaku amat kek triplek," Andini Putri Hermawan. "Diam, atau lo mau gue cium," Rafa Fauzan Kamil. WARNING! 🚨 SUKA ME...