CHAPTER 35

19.4K 940 29
                                    

Hari ini Andin dan Rafa sedang berada di depan pintu apartemen Raka. Sesuai perjanjian setelah bunda dan kakaknya pulang, Andin dan Rafa segera menuju ke apartemen Raka.

Seperti biasa Andin merasa gelisah, ia memikirkan apa yang akan tejadi jika ia dan Rafa masuk ke sana. Apa wajahnya akan di pukul oleh Raka, seperti apa yang dilakukan oleh Diki sebelumnya.

"Raf, takut. Pulang lagi aja yuk." Andin menarik-narik kemeja yang Rafa kenakan.

Sejujurnya ia tidak ingin kesini karena berhubung Raka sudah mengetahui semuanya, mau tidak mau Andin dan Rafa harus menjelaskan semuanya, tapi Andin takut dengan Raka. Tadi saja ia menatap Andin tajam ketika ia dan Rafa sudah sampai di apartemen mereka.

"Berani berbuat, berani bertanggung jawab."

Andin cemberut atas ucapan Rafa. Iya, ia mengakui bahwa ini semua salahnya, tapi bukan seperti ini yang ia harapkan.

"Yuk pulang yuk." Lagi. Andin mengajak Rafa kembali untuk pulang bersama dirinya.

Kali ini Andin menarik tangan Rafa untuk pergi bersamanya, tetapi Rafa tidak bergeming sedikitpun. Ia hanya diam di tempat.

"Raf, ay... he..." Andin menyengir dan tidak lama ia tersenyum kikuk ke Rafa karena ia menatap tajam Andin.

Bodoh. Gue mengkhawatirkan lo. Andin memaki Rafa di dalam hatinya.

"Jangan di pencet dulu," pekik Andin ketika Rafa akan memencet pintu apartemen Raka yang membuat Rafa menghela napas kasar.

"Sebentar, gue mau ambil napas dulu." Rafa memutar bola mata malas. Sepertinya ia harus bersabar kembali dengan sikap Andin.

Andin mengambil napas dalam-dalam. Ia harus menguatkan dirinya.

"Udah?" Andin mengangguk atas pertanyaan Rafa. Baru saja Rafa akan menekan bel pintu apartemen Raka. Ada seseorang yang mengagetkan mereka.

"Hey... Akhirnya kita bertemu kembali."

Andin dan Rafa segera menengok siapa yang mengagetkan mereka. Ternyata seorang lelaki berperawakan tubuh atletis dengan memakai pakaian kantornya. Ia terlihat rapih. Ia menatap Andin dan Rafa senang.

"Heh!"

Andin menatap lelaki di depannya dengan dahi mengernyit. Sementara Rafa mendengus.

"Saya senang sekali bisa bertemu dengan kalian lagi. Oh ya, kalian apa kabar?" tanya lelaki itu. Senyumnya tidak pernah pudar dari wajah tampannya.

"Jadi bertambah buruk ngelihat lo."

Lelaki itu tertawa atas ucapan ketus Rafa. Sementara Andin mengerutkan dahinya dalam-dalam.

"Siapa?" bisik Andin kepada Rafa.

"Bodoh. Dia lelaki yang di basemen yang waktu itu lo pikir Raka."

Rafa menyentil dahi Andin yang membuat Andin cemberut. Sementara lelaki itu tertawa dan mengangguk setuju atas ucapan Rafa.

"Dan juga dia lelaki yang berada di dalam lift juga sama kita pada saat itu."

Andin berfikir keras. Apakah ia pernah bertemu dengan lelaki yang berada di depannya itu.

"Sepertinya tingkat kepikunan lo sudah parah." Rafa menggelengkan kepalanya.

Lagi dan lagi Andin cemberut atas ucapan Rafa. Sementara lelaki di depan Rafa dan Andin tersenyum geli ketika melihat interaksi Andin dan Rafa.

"Raka please gue mohon jangan bilang siapa-siapa kalau gue sudah menikah, Raka maafin gu-"

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang