CHAPTER 60

20.1K 1K 81
                                    

"Apakah benar ntuh anak akan baik-baik saja? Menurut kalian gimana?" tanya Lisa kepada semua teman-temannya.

"Entahlah. Gue yakin ntuh anak pasti nggak baik-baik saja. Lagian suka sama yang lebih tua."

Plak!

Sherly memukul lengan Lisa.

"Orang suka nggak bisa memilih. Mau dia tua, atau muda." Sherly terlihat gemas akan ucapan Lisa.

****

"Betul, karena cinta datang dengan sendirinya tanpa kita cegah. Lagi pula, umur nggak jadi masalah yang penting kepribadiannya. Nggak semua cowok yang berumur lebih matang bisa bersikap dewasa dan sebaliknya nggak semua cowok yang berumur lebih muda berpikiran kaya anak-anak," sahut Kayla. Ia menatap Diki yang membuat Diki terdiam. Sementara semua teman-temannya mengangguk setuju.

Lisa yang awalnya sedang mengelus lengannya sambil mencebikkan bibirnya terdiam sesaat akan jawaban Kayla. "Iya, iya, maaf." Lisa menunduk dan mengelus lengannya kembali.

"Cinta itu nggak pernah mandang fisik beb, karena cinta itu datangnya dari hati," tambah Sarah.

"Iya ... tahu!"

Lisa terlihat kesal atas ucapan Sarah. Sementara Kayla, Sherly dan Sarah terkikik geli. Berbeda dengan teman-teman lelakinya. Mereka semua menggelengkan kepalanya. Rafa terdiam dan Andin ia tampak tidak mendengarkan ucapan teman-temannya. ia terlihat sedih dan menatap beberapa dessert yang di bawakan oleh Revan untuknya beberapa menit yang lalu. Sebelum ia pergi begitu saja tanpa pamit kepada dirinya terlebih dahulu.

Apakah ia sudah menyakiti Revan? Ini bukan kemauannya. Padahal ia sudah menganggap Revan seperti adiknya sendiri.

"Ini blood orange mascarpone panna cotta with raspberry and rose, apple cheesecake tacos dan samoa dessert lasagna. Ketiga menu dessert ini yang baru dari kafe kita Kak. Untuk Kak Andin gratis dari aku."

Andin masih ingat dengan jelas senyuman manis yang tidak pernah pudar dari wajahnya. Jika dipikir sudah lama sekali ia tidak melihat Revan dan mampir ke kafe sahabatnya ini karena pada saat itu ia berstatus berpacaran dengan Reza. Setelah ia punya pacar, ia sering menghabiskan waktu bersama Reza dan jarang kumpul bersama Rafa dan teman-teman lelakinya.

"Sudah, bagaimanapun juga gue nggak akan setuju kalau adek gue suka sama Andin. Gue akan menentang hubungan mereka. Guys, Andin nggak suka sama adek gue. Justru, dia malah menganggap adek gue sudah seperti adiknya sendiri." Diki menghela napas kasar.

"Kasihan. Coba kalau adek lo seumuran sama kita. Udah gue pacarin. Kayaknya ntuh anak tipe orang yang lembut dan memperlakukan pacarnya dengan sa—"

"Gue nggak mau punya adik ipar kayak lo!" seru Diki dan hal itu membuat Lisa mendengus.

"Jangan mau. Nanti keturunan lo pada item," kata Firman kepada Lisa dengan tawanya.

"Sialan!" Diki mendengus.

"Dik, Andin sudah menganggap adek lo seperti adiknya, tapi adek lo suka sama Andin, bro. Lo juga melihat ekspresinya ketika tahu Andin sudah menikah. Gila ... wajahnya terlihat kecewa dan langsung murung gitu. Bahkan ntuh anak langsung pulang begitu saja. Oke, mungkin dia pergi nggak pamit sama kita no problem, tapi ini Andin loh, orang yang dia suka. Nggak biasanya dia nggak pamit dulu sama Andin." Rizky yang awalnya tertawa tidak lama ia mengernyitkan dahi dan menatap teman-temannya.

"Revan pulang karena memang sudah nggak punya kesempatan lagi. Dulu, dia pernah bilang sama gue 'sebelum mereka belum menikah gua akan terus pepetin Kak Andin, walaupun dia sudah punya pacar juga. Kak, pacar masih bisa direbut, tetapi kalau sudah menikah mungkin gue akan menyerah. Gue nggak mau merusak rumah tangga orang.' Adek lo Dik, membuat gue spechless. Hahaha." Firman tertawa yang membuat Diki mendengus.

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang