CHAPTER 21

22.4K 1.1K 27
                                    

"Raka please gue mohon jangan bilang siapa-siapa kalau gue sudah menikah, Raka maafin gue tolong gue udah bohongin lo, ah bukan semuanya teman-teman kita. Gue udah bohong in lo sem—"

Ketika Andin membalikkan tubuhnya dan menatap siapa yang menepuk bahunya Andin terbelalak kaget dengan siapa yang di depannya itu. Sementara laki-laki yang menepuk Andin tertawa tertahan, Andin meringis.

Tripple kill, batinnya.

Andin menatap Rafa seolah ingin menangis dan Rafa menatap Andin dalam diam.

****

"Si-si-apa ya?" kata Andin gugup. Ia mencengkeram baju Rafa dengan kuat. Ini benar-benar diluar dugaannya.

"Kenapa lo nggak bilang kalau itu bukan Raka, mampus dia ngedenger apa yang gue katakan tadi," bisik Andi ke Rafa dengan gemas dan tentu saja masih bisa dapat di dengar oleh lelaki itu, ia tertawa geli. Sementara Rafa tampak masa bodo, ia merasa tidak tertarik dengan apa yang berada di hadapannya.

"Hai, kita ketemu lagi." sapa lelaki itu ke Rafa dan Andin. Senyumannya tidak pernah pudar dari balik wajah tampannya.

Andin meringis dan tersenyum kikuk. Sementara Rafa masih saja diam dengan wajah dinginnya.

"A-apakah kita pernah bertemu sebelumnya?"

"Apa lo kenal dia Raf?" bisik Andin ke Rafa. Rafa hanya mengangkat kedua bahunya bahwa ia tidak tahu. Bahkan Rafa terlihat acuh.

"Ah sepertinya kalian lupa, waktu di lift kita pernah bertemu sebelumnya, kalian berdua lagi berantem, ingat?"

"Hah! Gue sama Rafa lagi berantem?" gumam Andin ke dirinya sendiri.

Andin dan Rafa berpikir keras. Andin berusaha mengingat begitupun Rafa. Ah, sepertinya Rafa mulai ingat. Kejadian sewaktu Rafa dan Andin hendak ke kampus Andin yang gelisah dan Rafa yang sudah kesal ingin segera ke kampus dan lift yang sengaja di tutup dari dalam. Rafa menjadi kesal jika teringat kejadian beberapa hari yang lalu.

"Jadi itu lo?" kata Rafa memastikan.

"Iya, itu saya."

"Yang mana Raf, lo ingat?" tanya Andin ke Rafa sambil berbisik, tetapi mata Andin fokus menatap lelaki yang berada di depannya dengan aneh.

"Cowok yang kita temuin di lift pas kita mau ke kampus, gue yang udah mau masuk ke lift lo tarik lagi ke luar."

"Hah! Kapan?"

Rafa berdecak. Andin ini pelupa dan Rafa memaklumi.

"Ah yang itu!" pekik Andin ketika ia sudah mengingat dan Rafa mengangguk.

"Tapi itu kan gara-gara lo juga nggak mau nungguin gue, kata gue juga nanti gue lagi mikir."

"Sampai kapan? Gue jengah ngelihat lo terus jalan ke sana kemari kek apa tahu."

"Hello, saya masih ada di sini loh."

Andin dan Rafa berhenti berdebat atas ucapan lelaki itu. Andin meringis ketika ada seseorang diantara mereka. Sepertinya Andin melupakan bahwa bukan hanya ada mereka berdua, tetapi mereka sedang bertiga.

"S-sorry," cicit Andin ke lelaki itu. Lelaki itu hanya tersenyum tipis.

Andin sekali lagi menatap lelaki yang sudah menepuk bahunya itu yang Andin pikir Raka, ternyata lelaki yang berada di dalam lift yang pernah Andin temui beberapa waktu lalu.

Astaga, jadi ini laki yang pernah gue temui di lift waktu itu, kok malah tambah ganteng, eh tidak. Rafa lebih ganteng. Eh... Kok jadi ke si Rafa, astaga! Andin merutuki dirinya sendiri.

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang