CHAPTER 50

20.8K 1K 83
                                    

Setelah selesai ulangan Rafa mengirimi Andin pesan untuk menanyakan keberadaannya karena Andin tidak membawa uang. Sebenarnya ia sudah memberinya uang namun Andin menolaknya karena ia berpikir akan menemui Rafa jika ia lapar.

Jika kalian tahu, setelah menikah Rafa memang memberinya uang jajan kuliah hanya dua puluh ribu rupiah setiap hari. Itu karena sebagai kekesalannya terhadap Andin karena ia masih berpacaran dengan Reza dan belum memutuskannya. Maka jangan salahkan Rafa jika ia memotong uang jajannya, tapi ia juga meminta Andin untuk mencarinya jika ia masih lapar.

Udah selesai ulangannya?

Toa
Lapar 👉👈

Rafa tersenyum geli ketika melihat pesan balasan dari Andin. Bahkan sampai di kasih emoji oleh Andin.

Dimana?

Toa
Taman

"Heh! Sedang apa dia disana? Apa dia sudah mengembalikan kalung Reza?" gumam Rafa. Ia bertanya kepada dirinya sendiri dan tidak lama ia tersenyum. Mungkin Andin, memang sudah mengembalikan kalung Reza.

Tunggu, nanti gue kesana bawa makanan

Toa
Asik... Terimakasih suamiku

Lagi. Ia tersenyum geli melihat pesan balasan dari Andin.

"Apa katanya, 'suamiku?' astaga..." Rafa menggaruk tekuknya yang tidak gatal dan ia bahkan menyisir rambutnya kebelakang. Senyuman tidak pernah pudar dari wajah tampannya.

Hmm

"Heh! Apa ini?!"

Rafa berbelalak ketika ia tidak menyadari sudah membalas pesan terakhir dari Andin. Ia ingin menghapusnya, tetapi sepertinya percuma. Andin sudah membaca pesan terakhir dari Rafa.

"Seharusnya nggak usah gue balas tadi." Rafa menghela napas.

"Si Raka juga kemana sih?!"

Sahabatnya itu setelah melihat Amel di kejauhan yang dimana ingin menghampiri Raka. Ia sudah berlari dan menghilang entah tahu kemana dan ia bersyukur di dalam hatinya karena Gladys tidak bersama Amel ketika Amel datang mencari Raka setelah ulangan selesai.

Rafa segera mencari nomor ponsel Raka dan menghubunginya.

"Assalamualaikum, dimana?"

"Waalaikumsalam. Dasar Amel, cewek gila... Sekarang gue lagi ngumpet di kantin teknik. Ini aja gue jalan ngendap-endap kayak maling."

Rafa memang bisa mendengar jika Rafa berbicara dengan suara berbisik dan tidak lupa ia sangat kesal dari nada bicaranya yang penuh penekanan disetiap katanya.

"Apa? Kenapa lo bisa ada disana?" Rafa tertawa geli atas ucapan Raka diseberang sana.

"Panjang ceritanya. Dah dulu ya, Raf, tolong sampaikan ke anak-anak yang lain gue pulang duluan."

"Apa?"

"Cewek ini benar-benar gila. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang