CHAPTER 46

16.5K 975 22
                                    

"Ka Salsa...!" teriak Andin sambil melambaikan tangannya ketika ia melihat calon kakak iparnya sudah sampai di pelantaran rumahnya dan ia melihat Salsa sedang keluar dari mobil.

"Eh!" kagetnya dan tidak lama ia tersenyum kikuk kepada Andin. Andin yang melihatnya tertawa.

Andin memang sudah menunggu Salsa sedari tadi. Bahkan ia menelepon kakaknya beberapa kali hingga kakaknya kesal dan menonaktifkan ponselnya dan ketika ia mendengar suara klakson mobil ia dengan cepat berlari ke luar rumah yang membuat orangtua Andin menggelengkan kepalanya.

"Ckk! Dasar bocah." Aldi terlihat kesal sambil menutup pintu mobil dengan keras. Sementara Salsa yang mendengar gerutuan Aldi menggelengkan kepalanya.

"Pacaran dulu ya, kalian?" todong Andin kepada Aldi dan Salsa yang membuat keduanya terkejut atas ucapan Andin.

"A-apa? Itu ti—" Ucapan Salsa terhenti karena Aldi sudah menyela ucapannya.

"Macet." Aldi menoyor dahi Andin yang membuat Andin mendelik tajam kepadanya.

"Hmm, itu benar." Salsa menganggukkan kepalanya. Ia setuju dengan ucapan Aldi.

"Bohong! Kalian pasti pacaran dulu di jalan." Andin tetap dengan pendiriannnya. Ia tidak percaya dengan ucapan kakaknya serta Salsa.

"Serah lo Dek!" Aldi memutar bola mata malas.

"Ada apa? Katanya dari Kakak kamu, kamu terus saja merengek ingin Kakak bermain kesini. Apa itu benar?" tanya Salsa kepada Andin sambil menggenggam tangannya.

"Tentu saja aku i—"

"Gue mau masuk ke dalam. Gue udah membawa dia buat lo dan sekarang lo jangan ganggu gue." Aldi memperingatkan adiknya. Setelah itu ia berlalu pergi ke dalam meninggalkan Adiknya dan Salsa di teras rumah.

"Abang!" Andin menghentakkan kedua kakinya.

Andin sangat kesal terhadap kakaknya itu. Ia melihat kakaknya pergi begitu saja dan tidak mendengarkan teriakannya.

"Ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba ingin bertemu Kakak hari ini?" tanya Salsa kembali.

"Ada yang ingin aku tanyakan sama Ka Salsa. Ayo, ikut aku." Andin sudah menarik pergelangan tangan Salsa untuk mengikutinya masuk ke dalam rumahnya.

"Eh! Kita mau kemana?" tanya Salsa bingung. Ia berusaha keras untuk mengikuti langkah Andin yang menurutnya sangat cepat itu. Bahkan sesekali ia harus berlari kecil ketika Andin juga berlari.

"Ke kamar aku."

"Apa? Tapi Kakak harus..."

"HEY! JANGAN LARI-LARI! DAN JUGA ANDIN, ITU SALSA MAU KAMU BAWA KEMANA? SALSA BARU SAJA SAMPAI, BIARKAN DIA ISTIRAHAT DULU!" terak Lilis kepada Andin. Ia terkejut ketika melihat keduanya melewatinya begitu saja. Sementara Aldi mengangkat bahunya acuh.

"ANDIN PINJAM KA SALSA DULU BUN, KITA MAU KE KAMAR ANDIN," seru Andin sambil ia berlari kecil menaiki tangga diikuti oleh Salsa.

"Hati-hati nanti kalian jatuh." Lilis berucap kembali. Ia melihat Andin dan Salsa sedang berlari menaiki tangga. Astaga, apa yang terjadi sebenarnya?! ia melihat anaknya sedang menarik Salsa menuju kamar anaknya.

"Sudah Bun, mereka akan baik-baik aja," kata Aldi malas kepada bundanya.

"Kenapa kamu terlihat begitu santai?! Bagaimana kalau Adik kamu dan Salsa tergelincir dari tangga? Oh... Astaga! Bunda tidak bisa membayangkannya."

Andin samar-samar mendengar ibunya marah-marah kepada kakaknya. Ia tersenyum. Biarkan saja kakaknya itu dimarahi oleh ibunya.

Tidak lama mereka sudah sampai kamar Andin dan tidak lupa untuk menguncinya. Setelah itu Andin dan Salsa segera mengatur napas mereka yang di mana sehabis berlari kecil itu.

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang