CHAPTER 44

20.6K 1.1K 67
                                        

Aldi bernapas lega mendengar ucapan Rafa. "Iya, lo juga nggak usah khawatir in Adek gue lagi, sekarang fokus saja dengan skripsi lo nanti."

Rafa hanya tertawa atas ucapan Aldi. Sementara Aldi tersenyum geli. Ia bersyukur adiknya ini memiliki Rafa yang melindunginya dan menyayanginya sejak dulu.

****

"Oh ya, masalah tentang cowoknya itu apa sudah selesai? Apa adek gue sudah putusin dia?"

"Hmm, sudah. Entah kenapa gue merasa senang." Rafa tersenyum tanpa ia cegah. Hal itu membuat Aldi ikut tersenyum juga.

"Raf, ayo, kita mulai semuanya dari awal."

Ada perasaan senang dan kaget atas ucapan Andin waktu itu. Kenapa ia tiba-tiba mengatakan ucapan seperti itu, tetapi di dalam lubuk hatinya Rafa merasa senang.

"Gue masih kesal sama Adek gue Raf, apa dia nggak bisa membedakan mana cowok yang serius sama yang nggak?! Astaga...! Gue udah nggak nyangka lagi sama pikiran adek gue. Cinta boleh, tapi harus ngotak juga." Aldi membuang napas, menyisir rambutnya kebelakang sambil menyandarkan kepalanya di sandaran sofa.

Rafa juga kesal kepada Andin yang sangat ngenyel untuk dikasih tahu bahwa Reza itu tidak baik untuknya.

"Namanya juga cinta. Kalau menurut kita jelek dan buruk tetap saja merasa bagus dan baik menurut orang yang dia suka."

Ya, Rafa tahu dahsyatnya orang yang kasmaran. Seburuk apapun pasangannya akan terlihat baik oleh orang yang dicintainya.

"Ngerti, tapi nggak gitu juga?!" Rafa tertawa atas ucapan gemas Aldi.

Aldi mencondongkan badannya ke Rafa. "Hey, selama adek gue punya pacar perasaan lo gimana?"

"A-apa?" Dahi Rafa mengernyit.

"Maksud gue, apa lo merasakan sakit? Dada sesak, atau semacamnya," katanya lagi.

Rafa terdiam sesaat. "Sejujurnya gue merasakan kesal jika Andin dekat dengan cowok lain. Dekat sama teman-teman gue aja gue suka kesal, apalagi pacarnya haha." Rafa tertawa yang membuat Aldi menahan senyum.

"Lo tahu Bang, ketika Andin menceritakan bahwa ia baru saja jadian dengan Reza. Entah kenapa gue merasakan sakit di dada gue, rasanya sesak dan bahkan bernapas itu rasanya susah, Ckk!" Rafa berdecak yang membuat Aldi terdiam.

"Lo tahu Raf, gue baru saja jadian sama Reza yang anak kedokteran itu dan lo tahu? Ternyata dia kelasnya nggak jauh sama kelasnya Brian dan yang tambah gue senang lagi ternyata dia udah suka sama dah lama cuma dia baru mengatakannya sekarang. Kya..."

Rafa ingat dengan jelas bagaimana bahagianya Andin ketika menceritakan bahwa ia baru saja jadian dengan Reza. Ia bahkan melihat Andin terus tersenyum dan melompat kegirangan ketika ia menyebutkan kata Reza disetiap ceritanya.

"Tuh kan gue bilang juga apa, lo itu udah suka sama adek gue udah lama. Cuman, lo belum menyadarinya aja," seru Aldi.

"Gitu ya," kata Rafa sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal.

"Tentu saja, hahaha." Aldi tertawa atas ucapan polos dan salah tingkah Rafa.

"Kamu itu tidak pernah berubah. Suka sekali mengganggu Ayah ketika sedang di ruang kerja," kata Rianto, lelaki paruh baya itu menahan senyum ketika ia dengan pasrah dibawa ke ruang tamu oleh Andin. Ia tersenyum ketika melihat anak gadisnya sedang bergelanjut maja di pergelangan tangannya dengan erat.

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang