CHAPTER 92

4.9K 370 16
                                    

"Kenapa kamu bisa mengigau tentang hal seperti itu? Kamu tahu, nggak ada yang bisa memisahkan kita, Gladys sekalipun."

Andin hanya mengangguk atas ucapan Rafa. Setelah kembali dari tempat Diki. Ia memikirkan ucapan sahabat Sherly. Masa sih ia mengigau? Benar. Orang mengigau tidak mengingat begitu ketika mereka bangun.

"Sekarang kamu mandi, setelah itu melihat sunset."

"Eh! Nggak mandi bersama?"

"Kamu jangan menggoda aku. Aku—"

"Iya ... iya ... aku mengerti, hihi." Andin terkikik geli di akhir ucapannya. Setelah itu ia pergi meninggalkan Rafa dengan sedikit berlari.

"Hati-hati, jangan lari-lari nanti kamu terjatuh," teriak Rafa kepada Andin.

"Iya." Andin mengangguk, dan tersenyum.

Andin berendam di dalam bathtub. Ia memikirkan apa yang harus ia lakukan. Gladys, gadis itu tidak mengetahui kan jika ia, dan semua teman-temannya sedang berlibur di Bali? Ya, ia hanya takut jika gadis itu mengikutinya hingga sampai ke sini. Setelah mengetahui ia berhasil menemukan ia, dan Rafa tinggal di lantai berapa.

Belum lagi setelah ia bertemu dengan Gladys. Malamnya ia, dan Rafa memutuskan untuk pindah, dan tinggal di rumah ibunya, Lilis. Ia sangat tahu, Gladys, gadis itu penuh ambisi. Ia tidak akan mudah untuk menyerah.

"Seperti Mo ... na," gumam Andin pelan. Ia sedikit melamun.

"Gue udah maaf in lo udah lama, tapi setiap gue ngelihat lo entah kenapa kejadian sewaktu di gudang sekolah terus berputar."

Flashback

Empat tahun lalu

Lapangan sekolah SMA Angkasa Indah

Suara teriakan dari kedua kubu sekolah terdengar. Mereka meneriaki, dan menyemangati teman-teman mereka yang sedang bertanding.

Andin, gadis cantik itu tidak hentinya menyemangati sahabatnya yang sedang bertanding bola basket dengan sekolah lain.

"Rafa ... semangat!" seru Andin.

"Diki, Raka, Firman, Brian ... lo berempat juga semangat!" seru Andin kembali.

Tidak jauh berbeda dengan siswi kelas yang lain. Mereka juga tidak hentinya memberi semangat kepada Rafa, dan keempat teman-temannya yang sedang bertanding di lapangan hari ini.

Mona, gadis itu tidak jauh dari Andin berdiri menatap Andin sengit. Bisa-bisanya ia kalah dari Andin. Gadis, itu tidak ada apa-apa dibandingkan dirinya, tetapi Rafa tetap saja tidak memandangnya.

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang