06:33 AM
"Pagi."
Andin menyapa Sindy dan Aluna yang berada di dapur. Ia segera memeluk ibu mertuanya dengan erat yang membuat Aluna kaget dan tidak lama ia tersenyum akan sikap Andin.
Entah kenapa perasaan Andin terasa senang hari ini. Bahkan ia sejak bangun tadi pagi selalu tersenyum. Bagaimana tidak, ketika ia bangun tidur ada Rafa disampingnya yang sedang memeluknya erat. Biasanya ketika Andin bangun Rafa sudah tidak ada, atau tidak Rafa sedang tidur membelakanginya dan untuk hari ini berbeda.
"Oh! Pagi juga sayang." Aluna membalas ucapan Andin yang dimana sedang memeluknya erat itu. Sindy tersenyum ketika melihat Andin memeluk ibu mertuanya dengan hangat.
Andin tidak merasa canggung apapun karena ia sedari dulu dekat dengan Aluna, ibu Rafa yang sekarang berubah menjadi ibu mertuanya. Aluna yang sudah ia anggap seperti ibu keduanya karena ia memperlakukan Andin dengan baik. Berbeda dengan Ibunya Lilis. Ia suka marah-marah kepada Andin. Ia lebih memperlakukan Rafa lebih baik daripada anaknya.
"Kamu sudah bangun?"
Andin mengangguk atas pertanyaan Aluna. Ia segera melepaskan pelukannya. Ia segera menghampiri Sindy dan berjongkok didepan perutnya. Sindy dan Aluna hanya tersenyum.
"Pagi sayang. Kamu baik-baik saja kan disana? Apakah kamu tahu, Aunty disini merindukanmu. Cepat lahir ya, agar kita bisa main bareng."
Sindy hanya bisa tersenyum ketika Andin mengajak bicara anaknya yang belum lahir.
"O-oh... Dia nendang haha." Andin kaget atas reaksi bayi Sindy yang berada didalam perutnya ketika ia ajak bicara. Sementara Sindy dan Aluna tertawa melihat Andin.
"Itu artinya dia merespon ucapan kamu sayang." Sindy mengangguk atas ucapan ibu mertuanya.
Andin mendongak. "Benarkah? Andin merasa senang." Ia melompat-melompat saking senangnya.
"Sudah, ayo kamu bantu Mama dan Sindy menyiapkan sarapan."
"Siap," balas Andin dengan hormat yang membuat Sindy dan Aluna tersenyum.
Setelah itu Andin bergabung membantu Sindy dan ibu mertuanya di dapur untuk menyiapkan sarapan pagi ini.
"Papa senang akhirnya ada melayani kamu juga," kata Noval ayah Rafa, ia tersenyum yang dimana Andin sedang mengoleskan selai di roti Rafa.
"Betul, gimana Dek rasanya, enak kan? Selalu dilayani." kali ini giliran Rama yang berbicara. Ia mengoda adiknya.
"Hmm," balas Rafa.
Andin menjadi salah tingkah entah kenapa ia merasa malu.
"Ah, nggak asik." Rama mendesah kecewa atas jawaban adiknya yang singkat itu. Semua yang berada disana tersenyum.
Andin selesai mengoleskan selai ke roti Rafa dan ia dengan segera memakan roti untuk sarapannya. Sejujurnya makan roti tidak kenyang baginya. Ia akan pulang ke rumahnya nanti dan sarapan kembali.
"Bagaimana tinggal di apartemen? Apakah kalian nyaman disana? Apa kalian sudah membuat Rafa mini untuk Papa."
Uhuk! Uhuk!
Andin terbatuk atas ucapan terakhir ayah mertuanya. Bagaimana tidak, ayah Rafa jarang sekali berbicara seperti itu karena biasanya yang akan bertanya Aluna ibu Rafa.
"Pelan-pelan," kata Rafa sambil mengelus punggung Andin.
Semua yang berada disana terkejut atas ucapan hangat Rafa dan sikapnya. Mereka menatap satu sama lain. Bagaimana tidak, Rafa yang biasanya bersikap cuek dan ketus kepada Andin, kini bersikap hangat dan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
RomancePerjodohan yang sudah ada sejak lahir, sepasang sahabat menjodohkan anak mereka jika mereka sudah bertumbuh dewasa. "Senyum dikit kek kaku amat kek triplek," Andini Putri Hermawan. "Diam, atau lo mau gue cium," Rafa Fauzan Kamil. WARNING! 🚨 SUKA ME...