Entah untuk yang keberapa Rafa terbangun dari tidurnya. Bisa dibilang ia tidak bisa tidut nyenyak karena merasa khawatir yang dimana Andin selalu gelisah disetiap tidurnya. Ia pikir setelah Andin terbangun karena mimpi buruknya dan menangis itu sudah cukup, tetapi justru itu tidak.
Rafa hanya bisa memeluk Andin erat dan sesekali ia mencium tangan dan pelipis Andin ketika ia merasakan gelisah didalam tidurnya.
Rafa sangat membenci Mona. Bagaimana tidak. Gadis itu selalu saja suka membuat masalah dengan dirinya dan gara-gara ia juga Andin jadi seperti ini. Dulu, Andin tidak gelisah disetiap tidurnya, tetapi setelah bertemu Mona memori yang mengerikan itu kembali memasuki pikirannya dan Rafa sangat membenci dan ia kembali mengingat kejadian sewaktu di gedung sekolah.
Flashback
Rafa di buat panik karena ia tidak melihat Andin setelah pertandingannya selesai yang dimana ia sedang tanding basket dengan sekolah lain dan sekolah Rafa yang menjadi tuan rumah. Apalagi hari ini ia menang dan tentu saja Andin akan berlari dan memberi Rafa dan teman-temannya selamat tidak lupa juga ia akan berteriak bersemangat.
"Yuhuu... Asik... Makan-makan." Rafa akan selalu ingat akan perkataan Andin disetiap Rafa menang dalam pertandingannya, tetapi apa ini. Ia tidak menemukan keberadaan Andin di pinggir lapangan.
Tentu saja ia sangat yakin dan jelas bisa mendengar teriakan Andin disepanjang pertandingan untuk menyemangatinya dan teman-temannya. Ia berpikir positif mungkin saja Andin sedang ke kamar mandi dan disana sedang mengantri karena sekolah mereka sedang ramai kedatangan dari sporter sekolah lain yang otomatis semakin ramai.
"Kemana dia? Kenapa belum kembali juga," gumam Rafa sambil berjalan mondar-mandir dan tidak lupa juga ponselnya menempel di telinga kanannya. Ia menelepon Andin, tetapi Andin tidak pernah mengangkat teleponnya.
Setelah pertandingan selesai dan mendapatkan ucapan selamat dari anak-anak kelas dan teman-teman yang lainnya Rafa dengan cepat sudah tarik ke kelasnya oleh teman-temannya.
"Ckk! Awas ya lo kalau ketemu. Suka banget bikin orang panik," gumamnya sambil melihat ponselnya yang dimana ia sedang menghubungi Andin.
"Astaga... Lo benar-benar ya!" Rafa berteriak kesal kepada ponselnya yang dimana Andin masih belum menjawab telponnya.
"Udah dong, Andin udah gede bukan anak kecil lagi yang selalu lo kekepin, he..." Diki menyengir ketika mendapatkan tatapan dari Rafa yang membuat semua yang berada tertawa.
"Kapten, istirahat dulu dan juga nih minum lo belum minum setelah pertandingan selesai."
Rafa dengan cepat meminum air mineral yang dilemparkan kepadanya oleh teman satu timnya itu dan tidak lama ia tampak gusar kembali yang membuat teman-temannya menatap satu sama lain.
"Raf, Andin pasti akan kembali, coba lo hubungi dia lagi," saran Brian sambil menepuk bahunya.
"Udah gue hubungi beberapa kali, tetapi nggak pernah diangkat sama dia." Semua terdiam atas jawaban Rafa.
Brian brusaha menghibur Rafa, tetapi itu berpengaruh untuknya. Pikirannya sudah berpikir yang tidak-tidak. Ia takut sahabatnya itu terluka karena Andin tidak biasanya menghilang tiba-tiba. Ia pasti akan menghunginya jika ingin kemana-mana.
Rafa memang sudah menghubungi Andin beberapa kali, tetapi hasilnya tetap nihil. Ia tidak ada jawaban diseberang sana.
"Perasaan gue enak. Gue takut Andin kenapa-kenapa."
Rafa masih dengan mondar-mandirnya. Bahkan ia duduk hanya sebentar, tidak lama ia berdiri kembali. Ia terlihat tampak gusar yang membuat teman-temannya menjadi diam.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
RomansaPerjodohan yang sudah ada sejak lahir, sepasang sahabat menjodohkan anak mereka jika mereka sudah bertumbuh dewasa. "Senyum dikit kek kaku amat kek triplek," Andini Putri Hermawan. "Diam, atau lo mau gue cium," Rafa Fauzan Kamil. WARNING! 🚨 SUKA ME...