CHAPTER 58

24.2K 1.1K 143
                                        

"Abang!"

Andin dengan cepat memeluk Aldi ketika ia melihat kakaknya baru saja datang dan masuk ke dalam ruangan kantornya. Andin dan Rafa memang sedang menunggu Aldi yang sedang rapat.

Memang, setelah ibu mertuanya dan Sindy pulang dari apartemen mereka. Andin merasa tidak tenang ketika mendapatkan pesan dari kakaknya itu yang dimana bahwa Aldi sedang fitting baju pernikahannya. Ia merasa khawatir terhadap kakaknya itu. Jadi, ia dan Rafa memutuskan untuk datang ke kantor Aldi.

"Dasar manja." Aldi tertawa dan tidak lama ia membalas pelukan adiknya dan sesekali mencium puncak kepala Andin dengan sayang. Rafa yang melihatnya tersenyum.

"Raf," sapa Aldi kepada Rafa.

"Hmm," balas Rafa. Ia mengagguk.

Jika dipikirkan kembali Andin dan kakaknya sudah lama tidak bertemu. Terakhir ketemu di acara tujuh bulanan Sindy.

"Apa kalian sudah lama?" tanya Aldi kepada Andin dan Rafa.

Andin menggelengkan kepalanya di pelukan Aldi yang membuat Aldi mengangguk dan tersenyum geli.

"Ada apa? Tumben kalian berdua main ke kantor"

Plak!

Andin memukul dada Aldi kesal. "Gue itu khawatir sama lo Bang."

"Ck! Bukannya ini yang lo mau?" decak Aldi dan Andin cemberut atas ucapan kakaknya.

Andin memang menginginkan Salsa menjadi kakaknya iparnya karena jika dipikir-pikir kepribadian mereka sama persis dan Andin sudah menyukainya setelah kesan pertama mereka di acara tujuh bulanan Sindy yang dimana Bundanya memperkenalkannya untuk pertama kali.

"Jadi, kenapa begitu cepat. Apa jangan-jangan ... yakh! Lo menghamili Kak Salsa, Bang? Makanya lo berdua dipaksa menikah secepatnya. Hayo ... ngaku lo sama gue," todong Andin kepada kakaknya.

Trik!

Aldi menyentil dahi Andin gemas yang membuat Andin mengaduh kesakitan.

"Aw, sakit Bang!" kata Andin sambil mengelus dahinya.

"Bodo amat! Salah lo sendiri yang mulai duluan. Boro-boro menghamili dia, melihatnya aja gue udah kesal du ... luan."

Aldi menatap adiknya yang sudah berlalu begitu saja meninggalkannya dan menghampiri Rafa. Jika diperhatikan adiknya itu seperti tidak mendengarkan ucapannya.

"Rafa ..."

Andin berjalan menghampiri Rafa dan menyembunyikan dirinya di dada bidang Rafa yang membuat Rafa dengan cepat mengelus puncak kepalanya. Aldi yang melihat itu menatapnya syok.

"Ustt ... kamu juga kenapa bisa berpikiran seperti itu? Kakak kamu nggak mungkin melakukannya." Rafa menepuk-nepuk punggung Andin. Ia berusaha menenangkannya.

Andin mengangguk di pelukan Rafa.

"Aku pikir begitu karena ini sangat mendadak menurut aku."

Rafa menghela napas. Ia melepaskan pelukannya. "Coba sini aku lihat. Apa ini sakit?" tanya Rafa sambil memegang dahi Andin yang dimana bekas setilan Aldi disana.

"Hmm." Andin mengangguk dan dengan cepat Rafa meniupkan dahi Andin. Ia sedikit membungkuk karena ia lebih tinggi dari Andin.

"Huuh ... huuh ..." Rafa meniup dahi Andin. Ia bahkan tidak menyadari bahwa Aldi sedang memperhatikannya.

Andin menutupkan kedua matanya ketika Rafa meniupkan dahinya. Ia seolah merasapi hebusan angin yang menurutnya terasa hangat itu. Sementara Aldi menatap tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini di depannya, tetapi tidak lama ia tersenyum.

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang