Resort yang letaknya sepuluh kilo meter dari bandara Ngurah Rai, Bali termasuk resort bintang lima yang menghadirkan pemandangan yang indah. Apalagi langsung tembus dengan pantai. Memiliki fasilitas kolam renang, kamar kedap suara, wifi free gratis, lapangan golf, spa berkelas dunia, dan fasilitas lainnya. Belum lagi menikmati matahari terbenam (sunset), dan pantai yang masih alami.
"Huwa ... ini sih keren banget sumpah," pekik Lisa senang. Ketika ia, dan bersama teman-temannya sudah sampai di tempat resort yang sudah Rama siapkan untuk Rafa, Andin, dan semua teman-temannya.
Para bodyguard yang menjemput Andin, Rafa, dan teman-teman di bandara sudah kembali. Tugas mereka hanya menjemput, dan mengantar Andin, Rafa, berserta teman-temannya sampai di hotel dengan aman sudah selesai.
Ya, hanya itu. Mereka tidak lagi diam-diam memperhatikan dari belakang hanya untuk mengawasi Andin, Rafa, dan ketiga temannya baik-baik saja. Bagaimana tidak, pada saat itu Andin, Rafa, da ketiga sahabatnya liburan ke Bali pada saat remaja. Ya, walaupun Rafa, dan keempat teman-temannya dibekali ilmu beladiri. Tetap saja Rama merasa khawatir terhadap adiknya. Khususnya lagi adik iparnya Andin.
"Benar banget, Lis" Sherly mengangguk antusias. Ia juga setuju atas ucapan sahabatnya itu.
"Gue sih nggak sabar mau lihat sunset, nanti sore. Pasti bagus baget," kata Sarah, dan tentu saja di angguki semua teman-temannya.
"Iya, nanti kita lihat sama-sama, ya?" tanya Firman kepada Sarah. Ia merangkul bahu sang pacar.
"Iya." Sarah mengangguk, dan tersenyum malu. Hal itu membuat teman-temannya tertawa. Sementara Andin, dan Rafa tersenyum. Berbeda dengan Lisa, ia mencak-mencak.
"Hu ... emangnya lo berdua doang. Kita semua juga mau lihat kali," kata Diki. Ia memutar bola mata malas. Sementara Firman, dan Sarah tertawa.
"Please lah kawan. Tolong hargai yang jomblo di sini," kata Lisa.
"Ndin, waktu lo menginap dulu. Lo menginap di sini juga sama laki lo, pacar gue, Brian, Raka, dan Firman juga, kah?" tanya Kayla. Sungguh, ia sangat penasaran. Begitu pula, dengan Sherly, dan Lisa.
Andin hanya menggelengkan kepalanya. Ia tidak ada tenaga saat ini. Ia hanya ingin tiduran. Sepertinya ia mengalami jet lag. Rafa mengelus puncak kepala Andin.
"Nggak, Yang. Dulu kita menginap di seminyak. Mungkin Kak Rama membawa kita ke sini agar mendapatkan sensasi baru," kata Diki sambil memeluk pinggang Kayla posesif.
Andin menunjuk Diki menggunakan jari telunjuknya. Ia menganggukkan kepalanya bahwa apa yang dikatakan sahabatnya itu benar. Rafa yang melihatnya tersenyum geli.
"Nah setuju sih gue," tukas Brian.
"Seminyak dari sini jauh lagi nggak?" tanya Sherly kepada teman-temannya.
"Nggak, dekat kok. Hanya membutuhkan setengah jam naik mobil juga nyampe," jawab Brian. Hal itu membuat Sherly menganggukkan kepalanya.
"Kenapa? Kamu mau ke sana? Boleh. Nanti kita menyewa mobil, atau naik taksi. Kita nggak harus selalu bersama Rafa, dan teman-teman kita. Kita juga harus punya waktu berdua," kata Rizky kepada Sherly. Ia menangkup kedua pipi sang pacar. Semua yang berada disana bersorak. Sementara Lisa mendengkus kesal. Lagi, dan lagi ia melihat teman-temannya bermesraan di depannya.
"Setuju lah. Kita juga harus punya waktu bersama pasangan kita, dan tentu saja kita harus memberi ruang untuk Andin, dan Rafa," kata Firman. Ia juga setuju atas ucapan sahabatnya itu.
"Kalau lo semua pergi berpacaran, gue sama siapa? Nggak asik banget ah." Lisa menghentakkan kedua kakinya kesal. Ia cemberut.
Mereka semua enak mempunyai pasangan, dan sudah pasti akan menikmati liburan kali ini, pikir Lisa. Awas saja jika mereka semua pergi tanpa dirinya. Ia akan mengambek. Entahlah ia hanya kesal saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
RomancePerjodohan yang sudah ada sejak lahir, sepasang sahabat menjodohkan anak mereka jika mereka sudah bertumbuh dewasa. "Senyum dikit kek kaku amat kek triplek," Andini Putri Hermawan. "Diam, atau lo mau gue cium," Rafa Fauzan Kamil. WARNING! 🚨 SUKA ME...