"Gue senang akhirnya nggak ada yang ngulang semester tahun ini," kata Lisa yang diangguki senang oleh teman-teman Andin.
"Benar banget, walaupun dulu gue agak khawatir sama lo Ndin," tukas Sarah.
"Hah! Maksudnya?" jawab Andin tidak mengerti.
Andin benar-benar bingung, kenapa Sarah berbicara seperti itu.
Tangan sarah yang hendak menjitak kepala Andin gemas dengan cepat di tahan oleh Rafa. Ia menatap Sarah tajam yang membuat dirinya menciut seketika. Teman-temannya yang melihat itu tertawa.
"Eh, ma-maaf, Raf." Sarah menunduk.
"Eh! Bro. Lo menakuti pacar gue." Firman dengan cepat melepaskan tangan Rafa yang memegang tangan sarah. Bahkan dengan cepat ia menarik Sarah untuk berlindung di belakangnya.
"Lo nggak lihat pacar lo mau ber—"
"Sudah, jangan berantem." Andin memisahkan Rafa, dan Firman. Jelas terlihat ketegangan di wajah keduanya. Raka, Brian yang melihatnya menggelengkan kepalanya. Sementara Diki, dan Rizky terkikik geli.
"Kamu itu. Sini duduk sama aku." Dengan cepat Andin menarik pergelangan tangan Rafa untuk duduk di sampingnya. Diikuti keempat teman Rafa. Diki, Rizky duduk disamping pacar mereka. Sementara Brian, dan Rafa duduk disamping Andin.
"Emang, udah gede inget sama umur," timpal Brian.
"Lo berdua itu udah gede bukan anak kecil lagi," tambah Diki dengan tawanya.
"Lo berdua nggak duduk? Cepat, duduk," kata Andin kepada Sarah, dan Firman. Hal itu membuat Firma berdecak.
"Jadi kenapa? Apa yang membuat lo khawatir sama gue tadi?" tanya Andin kembali kepada Sarah. Rafa, dan kelima teman-temannya diam mendengarkan.
"Ki—" kata Sarah terpotong.
"Kita tuh khawatir sama lo. Kita pikir lo akan di kasih nilai E sama Pak Jae karena waktu itu kan lo ulangan nyontek ketahuan. Ntuh, dosen ngelihatin lo terus. Eh ternyata, eh ternyata lo di kasih di nilai B. Untung nggak C, atau lebih parahnya D."
Sherly tahu sahabatnya itu masih terlihat gugup, dan takut kepada Rafa. Alhasil, ia yang menjelaskan. Ia saja bergidik ngeri melihat tatapan tajam Rafa kemarin di rumah sakit, dan hari ini ia melihatnya kembali. Pa kabar dengan jantung.
"Serius?" tanya Rafa kepada Andin. Ia tampak tidak percaya. Karena bagaimanapun juga itu kesalahannya. Gara-gara ia Andin tidak belajar. Ya, mereka melakukan hubungan intim setelah pertengkaran mereka.
Salahkan Andin yang pada saat itu masih peduli kepada mantannya. Ia lebih memilih mengobati Reza, dari pada pulang bersamanya. Dengan sangat terpaksa ia menulis beberapa poin untuk surat kontrak.
Ck! Rafa berdecak di dalam hatinya. Ia kembali mengingat Andin yang menangis tersedu setelah ia kasih surat kontak.
"Iya, sayang." Andin terkikik geli. Rafa terkejut dengan kata 'sayang' ia tidak percaya. Tidak lama ia ikut tersenyum.
"Oh ... yang waktu itu kalian mencak-mencak. Hebat baget lo dapat nilai B." Rizky, dan Diki menatap Andin tidak percaya.
"Minuman gue sama Brian juga hampir tumpah gara-gara nih anak lempar tasnya sembarangan," kata Raka sambil menunjuk Lisa yang membuat Lisa berdecak.
"Benar banget," setuju Brian.
"Gue bilang juga apa? Ntuh dosen baik sama gue. Buktinya gue nggak dimarahin, dan nggak dikasih nilai E. Haha." Andin tertawa.
"Jadi gimana dengan kalian? Kalian nggak ada yang ngulang kan tahun depan" tanya Sherly kepada Rizky, Rafa dan teman-temannya.
"Nggak ada dong sayang. Kita semua aman," jelas Rizky yang membuat semuanya mengangguk, dan tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
RomancePerjodohan yang sudah ada sejak lahir, sepasang sahabat menjodohkan anak mereka jika mereka sudah bertumbuh dewasa. "Senyum dikit kek kaku amat kek triplek," Andini Putri Hermawan. "Diam, atau lo mau gue cium," Rafa Fauzan Kamil. WARNING! 🚨 SUKA ME...