CHAPTER 34

18.8K 905 40
                                        

Apa terjadi sesuatu? Bunda bilang apa ya sama Rafa, sampai-sampai dia tiba-tiba ngajak gue pulang, tapi yang bikin gue tambah penasaran. Gue akan di bawa pulang ke mana? Ke apartemen, atau ke rumah orangtua gue sama Rafa.

Andin melamun di dalam mobil ketika hendak pulang. Ia menatap Rafa yang sedang fokus menyetir itu.

Sebenarnya banyak sekali pertanyaan di dalam kepala cantik Andin, tetapi Andin memilih bungkam.

Apa Reza sekarang ada di rumah gue? Apa gara-gara itu gue sama Rafa di suruh cepat-cepat pulang. Astaga! kelar hidup lo Ndin. Andin gugup seketika.

"Sepertinya wajah gue akan babak belur lagi," kata Rafa sambil sesekali bercermin di kaca mobil.

Andin yang sedang melamun kembali ke dunianya.

"Heh! Iya?"

Rafa tersenyum geli atas respon Andin. Rafa berpikir Andin pasti melamunkan sesuatu.

"Lo ngelamunin apa?" Rafa menarik pipi Andin gemas yang membuat Andin mengaduh kesakitan. Sementara Rafa tersenyum geli. Lalu ia fokus menyetir kembali.

Andin terdiam sambil memegang pipinya yang sehabis Rafa cubit itu dan tidak lama ia memegang bibirnya. Ia jadi mengingat kembali kejadian beberapa jam yang lalu bahwa Rafa mencium bibirnya dan pipinya itu di toilet Sarah.

Andin menatap Rafa yang sedang fokus menyetir itu. Ada apa dengan Rafa hari ini. Kenapa Rafa sangat berbeda dengan Rafa yang Andin kenal dulu. Rafa yang hari ini sangat aneh. Bahkan, Rafa sering melakukan skinship dengan Andin dan juga masalah di toilet Rafa tiba-tiba menciumnya.

Jangan-jangan Rafa suka sama gue? Oh astaga! Nggak mungkin dia suka sama gue, bukannya dia benci sama gue karena kecerewetan gue ini yang nggak mau diam. Tapi... ciuman di toilet Sarah... Andin berteriak di dalam hatinya bahwa itu semua salah dan itu semua tidak benar.

"Jangan suka dipikirin nanti lo sakit."
Andin terdiam atas ucapan Rafa.

Ternyata ia tahu sikap buruk Andin.
Andin itu orangnya suka kepikiran. Dulu saja sewaktu ia baru diberitahukan bahwa ia dan Rafa sudah dijodohkan dan akan menikah dua bulan yang akan datang. Andin sampai kepikiran tentang hubungannya dengan Reza jika ia menikah nanti. Bahkan ia sampai jatuh sakit pada waktu itu.

Andin tidak bisa seperti Rafa yang bersikap tenang. Bahkan ia kebalikan dari Rafa. Andin saja tidak bisa merasakan emosi Rafa pada saat itu karena Rafa terlalu tenang.

"Sebenarnya kita mau kemana? Apa bunda gue mengatakan sesuatu yang buruk?"

"Kita akan pulang ke apartemen dan di sana ada Bunda sama Kakak lo sedang menunggu kita di sana."

"Bu-bunda? Bang Aldi?" Rafa mengangguk atas pertanyaan Andin.

Andin bergelut dengan pikirannya. Ia berpikir bagaimana bisa kakaknya sudah berada di apartemen bersama bundanya sekarang. Kapan kakaknya itu pulang ke Jakarta? Kenapa kakaknya itu suka sekali tidak mengabari dirinya jika ia sudah pulang ke Jakarta.

Ingatkan Andin untuk memukul kakaknya itu dan juga bundanya. Astaga. Kenapa bundanya itu tidak menghubunginya bahwa ia akan main ke apartemen Andin hari ini.

"Abang gue bukannya lagi ada di Bandung?" Dahi Andin mengernyit.

Rafa mengedikkan bahu dan tidak lama ia tersenyum tertahan. Ternyata kakaknya Andin masih belum memberitahukan bahwa ia sudah tinggal di Jakarta setelah Andin dan Rafa menikah.

"Awas aja kalau sudah sampai apartemen gue tampol." Rafa tersenyum geli atas tidak kekesalan Andin dan tidak lama Rafa terdiam.

"Sebenarnya bukan itu yang mau gue kasih tahu, tapi ini lebih penting."
Dahi Andin mengernyit. Sebenarnya apa yang terjadi.

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang