"Oh, ya, Raka udah datang?" tanya Andin kepada Kayla, dan Sherly hal itu berhasil membuat kedua temannya terdiam.
"Eh! Itu ...."
Kayla, dan Sherly menatap satu sama lain. Apa yang harus mereka katakan kepada Andin.
"Ya?" Andin mengangkat salah satu alisnya.
****
"Raka belum datang." Sherly menggigit bibir. Bagaimanapun juga sahabatnya ini menginginkan Raka untuk ikut liburan, tetapi Raka itu tiba-tiba di paksa pulang oleh Ayahnya. Alhasil sahabatnya menjadi sedih.
Sejujurnya ia juga sangat penasaran apa yang sebenarnya terjadi, semua teman-temannya juga tidak ada yang tahu ketika ditanya Andin di bandara. Ia hanya berharap Raka baik-baik saja. Bagaimanapun juga semua teman-temannya mengkhawatirkannya saat ini.
"Gitu ya?" Andin menunduk sedih. Sepertinya urusan Raka belum selesai dengan ayahnya. Buktinya saja belum datang.
Sherly menyenggol bahu Kayla. Ia seolah bertanya apa yang harus mereka lakukan.
"Ndin, Raka—"
"Raka nggak mungkin mengingkari janjinya. Gue tahu dia seperti apa." Andin mengangkat kepalanya, dan tersenyum manis mantap Kayla, dan Sherly.
"Gue janji, gue akan kembali setelah ini."
"Hmm, janji."
Sahabatnya itu sudah berjanji kepadanya ketika di bandara tadi, dan tentu saja ia harus mempercayainya.
"Eh! A-apa? I-iya, Raka—"
Kayla yang melihat sahabatnya gugup itu dengan cepat menyenggol bahunya, dan memotong ucapan Sherly. Seketika Sherly mengatubkan bibirnya
"Betul. Orang seperti Raka sangat memegang kata-katanya, dan gue juga percaya itu," kata Kayla setuju. Ia mengangguk, dan tersenyum. Tangannya merapihkan rambut Andin dengan telaten. Bagaimana tidak, rambutnya berantakan setelah bangun tidur.
"I-iya, Ndin. Jadi, nggak usah khawatir, dan sedih lagi." Sherly tersenyum. Ia menggenggam tangan sahabatnya itu.
"Makasih ya, udah jadi teman gue. Gue masih nggak percaya aja kalau gue bisa punya teman. Gue pikir gue nggak bisa punya teman."Andin memeluk kedua sahabatnya erat. Ia sangat bersyukur memiliki sahabat seperti mereka.
Kayla, dan Sherly terdiam. Mereka menatap satu sama lain. Ya, mereka tahu masa lalu Andin. Dikucilkan hanya karena berteman dengan Rafa. Belum lagi waktu jaman sekolah menengah akhir. Mona, gadis itu sudah membuat sahabatnya trauma, dan butuh waktu lama menjadi Andin yang sekarang.
Kayla tahu karena Diki menceritakannya. Sementara Sherly tahu dari Brian. Ia yang menceritakanya. Pada saat itu belum berpacaran dengan Rizky. Sementara Sarah dari Firman. Ia juga penasaran dengan masama lalu pertemanan mereka.
Pantas saja ketika mereka belum terlalu mengenal satu sama lain. Lebih tepatnya awal masuk kuliah. Andin lebih pendiam, dan banyak melamun. Ia juga tidak terlihat semangat. Senyum juga terkesan dipaksakan. Jika mereka tahu masa lalu Amdin dari awal, mungkin mereka tidak akan membicarakan masa lalu remaja mereka waktu itu.
"Ah ... kurang Lisa, sama Sarah. Seharusnya gue meluk mereka juga," kata Andin sedikit kesal, dan kecewa ketika ia sudah melepaskan pelukannya. Sementara Kayla, dan Sherly tertawa.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
Storie d'amorePerjodohan yang sudah ada sejak lahir, sepasang sahabat menjodohkan anak mereka jika mereka sudah bertumbuh dewasa. "Senyum dikit kek kaku amat kek triplek," Andini Putri Hermawan. "Diam, atau lo mau gue cium," Rafa Fauzan Kamil. WARNING! 🚨 SUKA ME...