"Sebenarnya ada ap—"
Andin dengan cepat membungkam bibir Rafa. Tentu saja hal itu membuatnya terkejut. Tidak lama Rafa membalas ciuman Andin. Ia melumatnya dengan lembut.
"Aku kangen kamu," kata Andin kepada Rafa setelah ciuman mereka terlepas. Rafa tersenyum.
Setelah itu Andin mencium bibir Rafa kembali. Ciuman yang awalnya lembut, kini berubah menjadi panas. Rafa membiarkan Andin memegang kendali di ciumannya. Rafa tersenyum dalam ciumannya.
****
Andin mengalungkan lengannya di leher Rafa. Ia memperdalam ciumannya. Sementara tangan Rafa memeluk pinggang Andin posesif dan menariknya lebih dekat menghabiskan jarak di antara mereka.
Suara kecapan ciuman mereka terdengar hingga mengagetkan seseorang yang hendak memanggil mereka. Ya, pintu kamar Andin tidak tertutup menampilkan adegan panas di depannya.
"A-astaga ..." matanya terbelalak. Ia menutup mulutnya dengan tangan lentiknya. Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
"Sial!"
Aldi tidak kalah terkejut melihatnya. Ia dengan cepat menarik Salsa ke dalam pelukannya, dan menyembunyikan wajahnya di dada bidangnya. Hal itu membuat Salsa menahan napas.
"Lo berdua lagi ngapain?" suara intrupsi Aldi menghentikan kegiatan panas antara Andin, dan Rafa. Dengan cepat Andin mendorong tubuh Rafa.
"Eh! Ng-nggak ngapa-ngapain." Andin salah tingkah. Ia dengan cepat membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan, dan menghapus jejak basah di bibirnya. Sementara Rafa menggaruk tengkuknya.
"Cepat ke bawah. Kita semua akan ke bandara," kata Aldi. Setelah itu ia menarik Salsa untuk ikut pergi bersamanya.
Setelah kepergian Aldi, dan Salsa Andin membuang napas lega. "Haduh, Mas. Aku malu banget." Ia menutup wajahnya. Rasanya ingin menghilang saat ini juga.
Kakaknya, dan kakak iparnya memergokinya yang sedang berciuman. Mau taruh di taruh dimana wajahnya. Apa mereka akan menggodanya setelah ini? Astaga, rasanya ia tidak memiliki muka.
Rafa tersenyum geli. Ia melepaskan kedua tangan Andin yang sedang menutupi wajahnya. Ia menatap lekat. "Ini kesalahan kita karena tidak menutup pintu kamar." Tidak lama ia tersenyum geli.
Andin salah tingkah. Ia mengutuki dirinya yang sangat menggebu mencium Rafa. Ia juga tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Seakan ia menginginkan Rafa pada saat itu juga.
"Sudah, ayo, yang lain sudah menunggu."
Andin mengangguk. Sebelum pergi ia merapikan kejema Rafa, dan menata rambut Rafa yang sedikit berantakan. Begitu pula, dengan dirinya.
"Bibir kamu bengkak."
"Mas."
Andin memukul lengan Rafa yang membuat Rafa tertawa.
"Sebenarnya kalian berdua itu lagi ngapain di atas? Kenapa lama sekali," tanya Lilis kepada Rafa, dan Andin, ketika mereka sudah sampai di ruang keluarga. Dimana keluarga mereka sedang berkumpul.
"Ha-hanya mengobrol, Bun." Tidak lama Andin melirik Aldi, dan Salsa. Ia melihat kakaknya yang terlihat kesal. Sementara Salsa ia tersenyum kikuk kepada Andin. Ia meringis.
"Ya ampun, Lis. Kamu kayak nggak pernah muda aja, hihi." Aluna tertawa kepada besan. Sementara Lilis menghela napas.
"Kita sudah hampir terlambat. Kita harus cepat-cepat ke bandara," intruksi Rian kepada anak-anaknya, dan sang istri. Semua yang berada di sana mengangguk.
![](https://img.wattpad.com/cover/209975605-288-k651632.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
RomancePerjodohan yang sudah ada sejak lahir, sepasang sahabat menjodohkan anak mereka jika mereka sudah bertumbuh dewasa. "Senyum dikit kek kaku amat kek triplek," Andini Putri Hermawan. "Diam, atau lo mau gue cium," Rafa Fauzan Kamil. WARNING! 🚨 SUKA ME...