Hari ini Andin akan menginap di rumahnya hanya untuk malam ini, sebelum ia dan Rafa akan menempati apartemen yang di hadiahkan oleh kedua orang tua dan mertuanya sebagai hadiah pernikahan mereka.
Lebih tepatnya besok. Mereka akan memulai sebagai pasangan suami istri yang sesungguhnya. Andin dibuat pening seketika jika memikirkan itu.
Memang setelah acara kumpul untuk membahas kehidupan Rafa dan Andin selanjutnya. Rafa segera pulang kerumah untuk membereskan pakaian dan barang-barangnya yang akan ia bawa untuk tinggal di Apartemen bersama Andin.
Sekarang mereka berkumpul diruang makan. Mereka semua akan makan malam. Minus keluarga Rafa. Rafa masih sungkan tentu saja.
Rafa masih tidak percaya, ia bisa menikahi sahabat kecilnya yang terkenal berisik, cerewet dan bar-bar ini. Walaupun ia sering main kerumah Andin setiap malam untuk bermain catur bersama Ayah Andin.
Rafa yang sedari kecil biasa memanggil Om dan Tante kepada orangtua Andin, sekarang menjadi Ayah dan Bunda.
"Rafa kamu jangan sungkan ya nak, kamu sudah menjadi bagian dari keluarga ini."
"Iya Ayah," balas Rafa tersenyum. Ia memang sudah memanggil Rianto sejak mereka menikah.
"Tuh dengerin kata Ayah gue Raf. Lo jangan sungkan kalau ada apa-apa bilang sama kita, masalah Andin yang nakal pites aja udah kepalanya gue dukung hahaha."
"ABANGG!!" kesal Andin. Aldi hanya tertawa sementara Rafa tersenyum geli. Berbeda dengan pasangan paruh baya itu. Mereka hanya menggelengkan kepalanya.
"Mana sini piringnya," pinta Andin ke Rafa. Rafa terkejut, tentu saja. Ini untuk pertama kali dalam hidupnya. Andin masih berdiri dan mengelurkan tangannya ke Rafa.
"Ehh!"
"Ckk!! kelamaan," ucap Andin kesal. Ia langsung saja menyambar piring Rafa yang berada di depannya.
Andin tahu tugas seorang istri. Ia sering melihat ketika bundanya selalu mengambilkan nasi dan lauk pauk untuk ayahnya, ketika mereka setiap kali akan makan bersama.
"Mau dikasih apa?" tanya Andin. Di dalam lubuk hati Andin ia tertawa. Ekspresi wajah Rafa benar-benar kebingungan. Ingin sekali ia mencubit pipinya itu dengan gemas.
Astaga, apa yang gue pikirkan. Andin mengenyahkan pikiran buruknya.
"Kasih ayam sama sayur sop aja." Andin mengangguk. Ia dengan cekatan mengambil apa yang Rafa sebutkan tadi. Mulai dari ayam, hingga sayur sop ia tuangkan kedalam mangkuk.
Itu semua tidak luput dari pandangan Rafa, ia memperhatikan Andin. Ada kesenangan tersendiri baginya. Apakah ia akan selalu dilayani seperti ini ketika Rafa akan makan? Rafa tersenyum tanpa ia sadari.
"Menantu Bunda yang tampan, kamu jangan bingung seperti itu. Itu sudah tugas seorang istri sayang."
"Iyaa Bun," jawab Rafa sambil tersenyum ke mertuanya.
"Ini makan, terus habiskan." Rafa mengangguk dan tidak lupa mengucapkan kata terima kasih yang dibalas anggukan dan senyuman oleh Andin.
"Ahhh kalau seperti ini gue juga mau dilayani, jadi pengen punya bini secepatnya dehhh," ucap Aldi nelangsa. Ia menggigit ayam gorengnya dengan tidak semangat.
"Maka dari itu kamu harus cari istri secepatnya, atau kamu mau jodohin ke teman Bunda?!"
"Dibahas lagi," lanjut Aldi, "Sudah berapa kali sih Bunda ngebahas itu terus, nanti sudah waktunya aku juga bawa perempuan ke rumah."

KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
Roman d'amourPerjodohan yang sudah ada sejak lahir, sepasang sahabat menjodohkan anak mereka jika mereka sudah bertumbuh dewasa. "Senyum dikit kek kaku amat kek triplek," Andini Putri Hermawan. "Diam, atau lo mau gue cium," Rafa Fauzan Kamil. WARNING! 🚨 SUKA ME...