"Kalian boleh melakukannya, tapi harus hati-hati. Bagaimanapun juga usia kehamilan Andin masih muda. Gue—"
"Brian!" seru Andin kepada sahabatnya itu. Ada apa ini? Kenapa pembahasannya jadi melenceng kesana.
"Gue belum selesai ngomong udah di potong aja. Haha." Brian tertawa di akhir ucapannya.
"Bodo amat," jawab Andin kesal. Tidak lama ia memijat pelipisnya.
Semua yang berada di sana tertawa atas ucapan Andin.
****"Bumil marah, haha," goda Diki kepada Andin. Ia tertawa diikuti dengan yang lainnya.
"Mas, Diki," adu Andin kepada Rafa sambil menunjuk Diki.
"Diki!" Rafa menatap sahabatnya tajam.
"Haha, iya, kalem." Diki mengangkat kedua tangannya bahwa ia tidak akan menggoda Andin kembali. Semua yang berada di sana tertawa.
"Sudah. Bagaimana dengan tidur kamu? Apakah nyenyak?" tanya Rafa kepada Andin. Ia mengelus puncak kepalanya.
"Iya, nyenyak. Aku—"
"Nggak," ucap Sherly, dan Kayla secara bersamaan. Mereka bangun dari tempat duduknya menatap Andin, dan Rafa mantap.
Seketika semua yang berada di sana menatap Kayla, dan Sherly. Termasuk Rafa. Mereka mengernyitkan dahi. Berbeda dengan Andin. Ia menggigit bibirnya.
"Sherly, Kayla," panggil Andin kepada kedua sahabatnya itu. Ia tidak ingin suaminya tahu, apalagi teman-temannya yang lain. Ia hanya tidak ingin menyusahkan mereka apalagi Rafa. Suaminya itu akan meluap-luap jika mengetahui apa yang Andin pikirkan hingga membuatnya mengigau.
"Sorry, Ndin. Ini demi kebaikan lo. Bagaimanapun juga Rafa, dan teman-teman yang lain harus tahu," kata Kayla kepada Andin. Semua yang berada di sana semakin mengernyitkan dahi.
"Itu benar. Ya, nggak menutup kemungkinan Rafa akan tahu juga kalau tidur sama lo malam ini," tambah Sherly sambil mengangkat bahunya. Tidak lama menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Maksud kamu gimana, Yang?" tanya Rizky kepada Sherly. Ia mencoba mendudukkan pacarnya kembali, tetapi segera di tepis tangannya oleh Sherly. Sementara Kayla sudah di ajak duduk kembali oleh Diki.
"Kita berdua melihat dengan jelas nih anak satu mengigau. Dia terlihat ketakutan, mana dalam mengigaunya terus ngomong 'jangan pisahin gue sama Rafa', dan 'gue mohon' begitu terus. Kalau Kayla nggak nenangin dia mungkin nih anak terus mengigau. Gue juga melihat nih anak mengeluarkan air matanya," jelas Sherly menggebu kepada teman-temannya sambil menunjuk Andin. Sementara yang di tunjuk menunduk.
"Iya, sekarang kamu duduk," bujuk Rizky kepada Sherly, dan kali ini Sherly menurut.
Rafa menatap Andin yang terdiam disampingnya. Ia mengepalkan kedua tangannya.
"Gue seperti itu? Masa sih ..."
Andin terdiam, menggigit bibirnya. Ia benar-benar tidak ingat apa yang ia ucapkan ketika tidur. Sepertinya ini memang ada hubungannya dengan Gladys. Maka dari itu ia terus memikirkan ucapan Gladys hingga terbawa mimpi.
Ya, ia sangat takut jika Gladys berbuat macam-macam kepada dirinya kehususnya anak yang sedang ia sedang kandungan.
"Raf," panggil Brian kepada sahabatnya itu. Tidak lama ia menatap Diki, Firman, dan Rizky.
Ya, tentu saja mereka tahu siapa yang telah membuat Andin ketakutan. Bahkan sampai mengigau dalam mimpinya.
"Sial," umpat Rafa. Rahangnya mengeras. Keempat teman-temannya menatap Rafa dalam diam.
![](https://img.wattpad.com/cover/209975605-288-k651632.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
RomancePerjodohan yang sudah ada sejak lahir, sepasang sahabat menjodohkan anak mereka jika mereka sudah bertumbuh dewasa. "Senyum dikit kek kaku amat kek triplek," Andini Putri Hermawan. "Diam, atau lo mau gue cium," Rafa Fauzan Kamil. WARNING! 🚨 SUKA ME...