Seperti biasa setelah berkutat dengan pelajaran, Rafa, dan kawan-kawan seperti biasa kumpul di kantin Teknik minus Rizky.
"Lo pada tahu nggak, tadi si Diki dimarahin dosen gue, masa tadi tidur di kelas. Katanya, 'kalau tidur itu di rumah, bukan di kelas' masih untung kaga disuruh keluar lo," kata Firman kepada teman-temannya.
Rafa, Brian, dan Raka hanya tersenyum. Mereka menggelengkan kepalanya atas kelakuan Diki ketika di kelas.
"Kalau kalian mau tahu sering dia kayak gini, entah untuk yang keberapa," ucap Firman malas, Diki hanya tertawa.
"Nggak heran sih gue, jaman SMA juga dia begitu kan?" ucap Raka dan diangguki oleh Rafa dan Brian.
"Badan kek apa aja, nemplok kemana aja langsung tidur, tidak memandang situasi, heran gue punya teman modelan begini, gue laporin si Kayla baru tahu rasa lo."
"Kampret!!" umpat Diki. Firman, Brian dan Raka tertawa senang. Berbeda dengan Rafa ia hanya menggelengkan kepalanya.
"Hai Raf," sapa Gladys. Perempuan yang selalu mengejar Rafa, tetapi tidak pernah dianggap oleh Rafa.
"Ckk!" Rafa hanya mendengus. Bagaimana bisa wanita ini ada disini, tepat berada di sampingnya pula.
"Ngapain lo disini, jauh-jauh sana lo, hus-hus," usir Brian. Brian dan teman-temannya tahu bahwa Rafa tidak suka dengan perempuan ini.
"Merusak pemandangan," cetus Raka.
"Aku disini yaa," ucap Gladys. Tanpa persetujuan sang empu ia langsung saja duduk disamping Rafa. Ia langsung saja melingkarkan kedua tangannya dilengan kekar Rafa.
"Lo kagak boleh disini, sana lo minggat," usir Firman. Gladys hanya mendengus. Gladys tidak menghiraukan ucapan teman-teman Rafa. Ia hanya fokus ke Rafa, sang pujaan hati.
"Kamu sudah makan? Mau aku pesankan?" tanya Gladys sambil tersenyum kepada Rafa.
"Nggak usah," jawab Rafa cuek.
"Hahaha emang enak," tawa Diki meledak, diikuti ketiga temannya.
"Diam," kesal Gladys. Ia menyuruh Diki untuk berhenti tertawa.
"Aku kangen sama kamu," ucap Gladys manja.
"Tapi gue nggk kangen tuh haha," sambar Firman yang dapat pelototan dari Gladys. Firman dan kawan-kawan tertawa.
"Kita nonton yuk," ajak Gladys sambil menyenderkan kepalanya disalah satu tangan kekar Rafa dan tidak lupa memeluknya.
"Siapa lo hahaha," timpal Brian. Ia tertawa diikuti ketiga sahabatnya. Gladys kembali menulikan pendengarannya setiap teman-teman Rafa mengejeknya.
"Lepas." Rafa berusaha melepaskan lingkarang tangan Gladys yang bertengger ditangan kirinya, tetapi ia tidak bisa, Gladys terlalu kuat memeluknya. Ia memang tidak menyukai perempuan ini, tetapi ia juga tidak ingin menyakiti perempuan ini.
Teman-teman Rafa hanya bisa menggelengkan kepalanya, mereka tidak habis pikir dengan jalan pikiran perempuan ini.
"Lepas woy itu Rafa nggak mau."
"Wahh urat malunya emang benar-benar udah putus."
Disaat Rafa sedang mencoba melepaskan tangan Gladys di tangan kirinya. Ponsel disaku celananya bergetar karena ia memang sengaja ponselnya di silence ketika ia belajar tadi. Supaya ia fokus dengan apa yang dosen terangkan. Sepertinya ia tadi lupa untuk mengubah mode ponselnya.
Awalnya hanya sekali ia tidak mengubrisnya, Rafa pikir hanya pesan tidak penting seperti operator maybe, tetapi tidak membutuhkan waktu lama ponselnya bergetar kembali sepertinya ada yang menelpon, ketika ia ingin mengangkat panggilan tersebut, panggilan sudah diakhiri. Ketika ia mengecek dari siapa, ternyata dari Andin. Ada 2 pesan dan 1 panggilan tak terjawab. Ia langsung membukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
RomancePerjodohan yang sudah ada sejak lahir, sepasang sahabat menjodohkan anak mereka jika mereka sudah bertumbuh dewasa. "Senyum dikit kek kaku amat kek triplek," Andini Putri Hermawan. "Diam, atau lo mau gue cium," Rafa Fauzan Kamil. WARNING! 🚨 SUKA ME...