"Ndin, pelan-pelan. Kaki lo nggak sakit emangnya?" tanya Sarah khawatir. Ia melihat Andin berjalan dengan cepat.
Andin hanya tersenyum. "Agak perih sih, tapi tadi pagi kan udah diobati sama Rafa."
"Lo yakin dia ada di kelasnya? Bukannya lo bilang dia lagi menghindari lo setelah lo putus."
"Nggak yakin sih. Makannya ayo, cepat jalannya. Gue harap Reza masih di kelasnya belum pulang."
Andin dan Sarah memang berjalan ke fakultas kedokteran mereka berjalan dengan cepat. Bahkan sesekali berlari. Disepanjang perjalanan juga ada membicarakan Andin dan dengan cepat di marahi oleh Sarah. Andin tersenyum untuk itu.
Ya, setelah ulangan selesai ia pamit kepada keempat temannya untuk menghampiri Reza kembali dan Andin tidak tahu jika Sarah juga ikut menyusulnya dan alhasil ia ditemani Sarah untuk menemui Reza.
"Heh! Andin? Cari Reza?"
Andin dan Sarah dikagetkan dengan seorang pria berperawakan jangkung yang tiba-tiba menanyainya. Andin tidak lama tersenyum. Tomi, nama lelaki itu.
"Lo kenal dia?" bisik Sarah kepada Andin sambil menarik baju Andin. Sementara lelaki di depan sana menahan tawa atas tingkah Sarah.
"Hemm, teman Reza." Andin juga tertawa atas tingkah Sarah.
"Iya, lo tahu Reza dimana?"
"Katanya dia mau ke taman. Sepertinya dia lagi galau. Lo tahu, akhir-akhir ini ntuh anak nggak ada semangat baget. Apalagi setelah mendengar berita pagi ini di kampus yang dimana tentang lo dan Rafa sudah menikah. Dia ngamuk di kelas."
Andin dan Sarah menatap satu sama lain.
"Mungkin kalau nggak ada berita pagi hari ini gue dan teman sekelas yang lain akan terus percaya bahwa lo sama Reza masih pacaran."
"A-apa? Ki-kita sudah putus."
"Kita memang udah curiga bahwa lo sama Reza sudah putus karena lo hampir nggak pernah main kesini lagi, tapi Reza terus bilang bahwa lo lagi sibuk jadi jarang main ke kelas."
"A-apa..."
"Lebih baik sekarang lo ke taman. Gue harap sih dia masih disana."
Andin mengangguk dan tidak lupa juga mengucapkan kata terima kasih karena sudah memberitahukan dimana Reza.
Dengan cepat ia dan Sarah berlari menuju taman.
"Ndin, jalan aja. Gue ngilu ngelihat lo."
Andin tersenyum dan menatap kedua lututnya yang terasa perih. "Gue nggak apa-apa."
Sarah menghela napas kasar atas jawaban Andin.
"Katanya dia mau ke taman. Sepertinya dia lagi galau. Lo tahu, akhir-akhir ini ntuh anak nggak ada semangat baget. Apalagi setelah mendengar berita pagi ini di kampus yang dimana tentang lo dan Rafa sudah menikah. Dia ngamuk di kelas."
Apakah yang di katakan oleh teman Reza itu benar bahwa Reza marah-marah di kelas tadi pagi? Untuk yang Reza terlihat tidak semangat itu memang benar dan Andin setuju karena tadi pagi ketika Firman memberitahukan ada Reza di depan sana ia terlihat menunduk dan tidak semangat dan hal itu membuat Andin sedih.
"Mungkin kalau nggak ada berita pagi hari ini gue dan teman sekelas yang lain akan terus percaya bahwa lo sama Reza masih pacaran."
"A-apa? Ki-kita sudah putus."
"Kita memang udah curiga bahwa lo sama Reza sudah putus karena lo hampir nggak pernah main kesini lagi, tapi Reza terus bilang bahwa lo lagi sibuk jadi jarang main ke kelas."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
عاطفيةPerjodohan yang sudah ada sejak lahir, sepasang sahabat menjodohkan anak mereka jika mereka sudah bertumbuh dewasa. "Senyum dikit kek kaku amat kek triplek," Andini Putri Hermawan. "Diam, atau lo mau gue cium," Rafa Fauzan Kamil. WARNING! 🚨 SUKA ME...