"PAK ALIF PESAN BAKSO SATU," teriak Andin.
Plak!
Sarah memukul lengan Andin yang membuat Andin tertawa, sementara teman-teman Andin hanya menggelengkan kepalanya.
"Berisik kampret, lihat pada ngelihatin kan?!" bisik Sarah.
"Halah sedikit ini kagak banyak." Andin bersikap acuh.
Memang di warung pak Alif hanya ada lima orang dan itu tidak banyak. Tidak seperti hari-hari biasanya.
"Maaf, silahkan lanjut makan baksonya." Kayla meminta maaf atas teriakan Andin yang sudah berisik dan mengganggu beberapa orang yang sedang makan bakso. Ia segera menyusul Andin yang sudah menemukan tempat duduk itu.
"Siapa yang salah dan siapa yang meminta maaf hmm," gumam Lisa.
"Aw.. Aw.. Sakit kampret!" Sherly mencubit tangan Andin gemas yang membuat Andin kesal.
"LIMA PAK," ralat Sarah.
"Siap Neng," jawab lelaki paruh baya itu.
Andin dan teman-temannya segera mencari tempat duduk untuk makan dan Andin beruntung masih ada tersisa. Biasanya di jam-jam siang seperti ini warung bakso Pak Alif ramai banyak yang beli.
Dulu saja Andin sampai dibawa ke dalam kelas dan memakan di kelas karena tidak kebagian tempat duduk. Padahal kelas Andin dan warung bakso Pak Alif jauh jaraknya.
"Lo kata buat lo doang, kita-kita juga mau kali." Kini giliran Lisa yang berpendapat setelah ia duduk.
"Emang ya nih anak, suka banget lupa, aturan mah tawarin juga, 'guys lo juga mau bakso?' ini mah apa, pesan bakso buat lo doang." Sherly mendengkus di tempat dan diangguki setuju oleh teman-teman Andin yang lain.
"Bwahaha maafin lah guys, aku tuh suka lupa."
"Ckk!" decak Sarah dan Sherly yang membuat Andin tertawa tertahan.
"Nah bakso sudah siap." Pak Alif segera menaruh di meja. Andin menatap bakso yang bearda di depannya dengan tatapan lapar.
"Ini untuk Neng Andin dan Neng Sarah hanya pakai bihun, untuk Neng Kayla dan Neng Lisa hanya pakai bakso, tetapi tidak pakai seledri, sementara untuk Neng Sherly tidak pakai mie," ucap Pak Alif sambil memberikan satu-satu ke Andin dan teman-temannya.
"Terima kasih Pak," ucap Kayla dan Sarah. Sementara Andin matanya tetap fokus dengan bakso yang berada di depannya.
"Wah... Bapak terbaik," puji Lisa.
"Bapak, masih ingat ternyata yang biasa kita pesan, daebak," kagum Sherly.
"Benar loh Pak, Andin sama yang lain padahal nggak menyebutkan pesan baksonya pakai apa aja tadi," ucap Andin antusias.
"Si Neng ini, bapak tahu karena kalian pelanggan tetap setia Bapak."
"Lo bertiga lebay banget astaga!" Andin, Lisa dan Sherly hanya tertawa atas ucapan Sarah.
"Maklumin ya Pak, mereka bertiga memang suka seperti itu," kata Kayla.
"Tidak apa-apa Neng, justru bapak senang," jawab Pak Alif. Kayla dan yang lain tersenyum dan mengangguk. Sementara Andin sibuk dengan baksonya.
"Aduhh... Neng, sudah atuh jangan banyak-banyak sambalnya kasihan atuh perut Neng Andin."
Andin hanya tertawa atas seruan Pak Alif. Sementara Kayla, Sarah, dan Sherly meringis melihat bakso Andin yang sudah berubah menjadi merah dan aroma cabai tercium menyengat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
RomancePerjodohan yang sudah ada sejak lahir, sepasang sahabat menjodohkan anak mereka jika mereka sudah bertumbuh dewasa. "Senyum dikit kek kaku amat kek triplek," Andini Putri Hermawan. "Diam, atau lo mau gue cium," Rafa Fauzan Kamil. WARNING! 🚨 SUKA ME...