CHAPTER 73

6.6K 589 41
                                    

"Kamu dengar sayang. Ayah, nggak mau kita kenapa-kenapa. Alhasil, Ayah kamu bermain sendirian di dalam sana."

Andin mengelus perutnya. Ia berbicara dengan calon bayinya yang berada di dalam di perutnya. Alhasil, ia hanya diam di kamar menunggu suaminya selesai dengan aktivitasnya.

****

Sudah hampir satu jam, dan suaminya itu tidak keluar juga dari kamar mandi. Hal itu membuat Andin khawatir.

"Mas, sudah hampir satu jam, dan kamu belum keluar juga. Aku khawatir." Andin menggigit bibirnya. Ia menatap pintu kamar mandi, jelas terlihat kekhawatiran di wajah cantiknya.

"Batu banget sih. Coba kalau ijin-in aku masuk juga, pasti nggak akan selama ini." Andin terlihat gemas. Ia menghentakkan kedua kakinya.

"Apa yang harus gue laku ... ya, sepertinya gue memang harus terobos masuk dengan berpura-pura pengen pipis kayak waktu itu."

Ya, sepertinya hanya itu yang bisa Andin lakukan. Pasti Rafa akan membukakannya pintu. Lagi pula, Rafa akan percaya karena ia sudah lama di dalam kamar mandi.

"Mas, buka pintunya aku kebelet pipis." Andin menggedor pintu kamar mandi secara brutal. Hal itu membuat Rafa terkejut.

"Apa? Sekarang? Sial!" Rafa mengumpat di akhir ucapannya. Ketahuilah ia belum selesai dengan rutinitasnya. Ia sangat tersiksa.

"Mas. Cepat, aku udah nggak tahan."

Andin mengedor pintu kamar mandi kembali dengan keras. Mau tidak mau Rafa harus berhenti saat ini juga, dan membukakan pintu untuk Andin.

"Iya, tunggu sebentar." Rafa berjalan dengan tertatih. Astaga, miliknya masih mengeras di bawah sana.

"Mas, kamu lama sekali," kata Andin begitu sudah membukakan pintu kamar mandi.

"Maaf. Kamu mau pipis? Sudah, sana masuk." Rafa menjawab pertanyaan Andin tanpa melihat wajahnya. Ia tidak mau junior miliknya semakin mengeras begitu melihat wajah istrinya. Ia berusaha mati-mati-an untuk menahannya di kamar mandi.

Rafa pergi meninggalkan Andin. Andin yang melihat cara berjalan Rafa meringis.

"Mas, ayo, ikut aku masuk."

Andin dengan cepat menarik Rafa masuk ke kamar mandi, dan mendorong Rafa ke tembok. Ia menindihnya. Hal itu membuat Rafa terkejut.

"Ka-kamu tahu apa yang kamu lakukan?"

"Hmm, lain kali ajak aku. Jangan main sendiri. Ke siksa kan jadinya."

"Tapi kan kamu ...."

"Usst ... " Andin dengan cepat menutup mulut Rafa dengan telunjuknya. Hal itu membuat Rafa terdiam.

"Kita mainnya pelan-pelan, dan hati-hati. Aku yakin anak kita juga pasti kuat."

Rafa mengangguk atas ucapan Andin. Ia juga menahan senyum.

"Sini, coba aku lihat." Andin dengan cepat membuka ikatan jubah mandi yang Rafa kenakan. Rafa yang melihat itu menahan senyum.

Ya, Rafa tidak akan tersiksa lagi kali ini. Karena Andin akan membantunya, dan sudah pasti ia akan menyapa anaknya di dalam perut istrinya nanti.

"Kenapa bisa seperti ini?" tanya Andin kepada Rafa, ketika ia sudah berhasil membuka, dan melepaskan jubah mandi Rafa. Ya Rafa bertelanjang di depan Andin.

Andin berjongkok. Ia mengamati penis Rafa yang agak lecet. Ia merasa heran. Sebenarnya apa yang suaminya lakukan kepada penisnya. Ketahuilah jantung Andin berdegup kencang ketika melihat penis Rafa yang mengeras.

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang